Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kantor ala Millenial, dari Asyik Dengar Musik hingga Bebas Kerja di Manapun

7 September 2017   09:59 Diperbarui: 7 September 2017   20:23 5677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak bekerja di sebuah startup beberapa hari yang lalu, saya sempat mendapat culture shock lantara budaya kerja yang terlihat di kantor baru sangat "kontras" bedanya dengan suasana kerja kantor yang dulu. Kalau dulu saya dituntut datang tepat waktu, terus "diawasi" sewaktu bekerja, dan dikejar-kejar deadline yang sering bikin stres, di kantor baru, rutinitas kerjanya justru lebih kasual.

Semua itu dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan oleh para karyawan. Di tempat saya bekerja sekarang, pakaian bukanlah suatu syarat yang terlalu diperhatikan. Makanya, saya melihat cukup banyak karyawan yang memakai kemeja kasual. Beberapa karyawan bahkan terlihat memakai kaos tanpa kerah. Oleh sebab itu, saya merasa kalau kantor yang menjadi "arena" untuk menggarap suatu proyek itu lebih mirip rumah.

Belum lagi, tugas yang diberikan pun tidak terlalu berat dan sarat. Soalnya, karyawan bebas mengerjakan semua tugas sambil mendengarkan musik. Penggunaan smartphone pun dibolehkan selama bekerja. Makanya, saat merasa suntuk, karyawan bisa chatting, membaca berita, atau bahkan menonton youtube.

suasana kantor startup tempat penulis bekerja (sumber: dokumentasi pribadi)
suasana kantor startup tempat penulis bekerja (sumber: dokumentasi pribadi)
Bahkan, kalau lagi ngantuk berat, ada pula karyawan yang terlihat tidur pulas di sofa! Gila! Andaikan semua kantor kayak begini, saya yakin semua karyawan bakal "kuat" dan "betah" bekerja seharian! Hahahahahahahaha.

Sewaktu mengamati lingkungan kantor yang baru, sekilas saya teringat sebuah artikel yang memaparkan prinsip Reed Hastings, bos Netflix, dalam mengelola karyawannya. Dalam membesarkan perusahaannya, Hastings setidaknya menjalankan dua prinsip, yaitu freedom dan responsibility.

Makanya, karyawan yang bekerja di Netflix tak harus memenuhi kewajiban bekerja sekian jam dalam seminggu. Mereka juga boleh mengerjakan tugasnya di mana pun, tidak harus duduk berjam-jam di kantor seperti umumnya.

Namun, jelas, pekerjaan itu harus diselesaikan apa pun alasannya. Bagi Hastings, setiap karyawan mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing. Jadi, tak ada istilahnya "oper tugas" manakala ada seorang karyawan yang tak sanggup menyelesaikan suatu tugas. Kalau sampai terjadi demikian, karyawan yang bersangkutan akan mendapat "bonus" berupa kantor baru alias dipecat.

Pola Bekerja yang Cocok dengan Millennials

Suasana kerja demikian terasa pas untuk kalangan milenial. Betapa tidak, asalkan bisa tetap connect dengan internet dan bebas mengatur diri, pekerja millenial sudah cukup puas, lantaran kebutuhannya telah terpenuhi.

Namun, sayangnya, tak semua perusahaan memiliki kultur demikian. Soalnya, mayoritas perusahaan masih menerapkan kultur kerja yang diwariskan oleh Generasi X. Makanya, jangan heran kalau perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai suasana kerja yang "kaku" dan "formal".

Hal itu tentunya berdampak pula pada performa karyawan. Lantaran hanya tersedia sedikit ruang dalam berekspresi, kreativitas yang ditunjukkan oleh karyawan menjadi mandek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun