Mohon tunggu...
Adi Permana
Adi Permana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Rakyat biasa

Revolusi belum selesai..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden Tersangka

5 Desember 2018   15:10 Diperbarui: 10 Desember 2018   10:21 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Presiden boneka, antek asing, antek aseng, PKI, goblok, istananya dajjal, planga-plongo, raja hutang, banci, kodok, anti-islam, anti-ulama, anti-pribumi, tukang ngibul, partai setan.." itulah kumpulan prasangka yang dilontarkan kubu oposisi terhadap Presiden Jokowi. Dalam empat tahun terakhir, presiden seakan menjadi tersangka yang harus dihukum oleh tokoh-tokoh oposisi agar rakyat membencinya dan tidak lagi memilihnya pada 2019. Namun sudah benarkah cara yang demikian itu? Inikah kritik yg sesungguhnya? atau merupakan sebuah misi pembunuhan karakter seseorang?

Apa gunanya demokrasi dan kebebasan jika yg disasar adalah untuk pembunuhan karakter seseorang? Itu sama saja kita mengabaikan semangat kemanusiaan dan persatuan. Sama saja seperti kita ingin keadaan bangsa membaik tetapi dengan cara memburuk-burukkan saudara sendiri, memperkeruh suasana, dan mempertajam persinggungan antargolongan. Itu sama saja bohong. Bisa jadi kita hanya iri dan dengki bila demikian halnya yg terjadi. Dan selama kita masih iri dan dengki, bisa jadi kita justru semakin jauh dari kebebasan yg sejati yang didambakan oleh seluruh umat beragama, yakni bebas dari tirani dan rezim yg menindas rakyat.

Lebih-lebih saat ini Ketuhanan sedang direndahkan. Atas nama agama dan Tuhan, psikologi massa dipermainkan sedemikian rupa untuk membenturkan masyarakat dengan negara yang mereka anggap "zalim" atau kumpulan "partai setan". Mungkin harus dimaklumi karena sebagian kita masih saja membebek terhadap perkataan orang/tokoh agama tanpa kita cerna terlebih dahulu dengan akal sehat dan tanpa melihat referensi dari tokoh agama lain dalam menyikapi kehidupan bermasyarakat yg kompleks. Benar petuah Bung Karno dahulu yg mengatakan "bebek berjalan berbondong-bondong, Elang rajawali terbang sendirian". Beginilah nasib kita, bangsa Indonesia sekarang.

Tokoh agama menjadi "berhala" baru bagi sebagian kita. Berhala yang kita selalu ikuti dan "sembah", namun sebenarnya tidak membawa manfaat apapun terhadap kehidupan. Akibatnya hati kita semakin sempit untuk menerima perbedaan, penafsiran kita tentang kehidupan bermasyarakat/bernegara menjadi sempit dan terbatas.

Dengan demikian, seharusnya kita malu, bukannya bangga, bila menjadikan presiden sebagai tersangka dengan dalil-dalil/sangkaan-sangkaan yang tak jelas rimbanya. Simbol negara harus tetap kita hormati betapapun tidak sukanya kita terhadap beliau. Oleh karena itu, carilah referensi tokoh agama yang seluas-luasnya, jangan hanya dari satu atau beberapa sumber saja. Karena tokoh-tokoh agama bukan "tuhan", bisa jadi sebagian mereka hanya menjadi "tunggangan". Dana-dana liar akan terus mengalir untuk menumbangkan pemerintahan, membuat kegaduhan di akar rumput dan melemahkan wibawa negara hingga 17 April 2019. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun