Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencegah Banjir di Kota Padang (Bagian 2 dari 3 Tulisan)

15 Oktober 2019   21:02 Diperbarui: 15 Oktober 2019   21:06 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamparan Kota Padang dilihat dari udara. (Foto: creative commons atribusi - wikimedia.org)

Menghijaukan Padang Tanpa Upacara

WARGA Padang pasti prihatin dengan kedahsyatan banjir yang rutin melanda sejumlah kawasan di kota ini. Namun, rasa prihatin saja tidak menyelesaikan masalah. Diperlukan pula aksi rutinitas dahsyat menghadapi banjir itu. Termasuk melibatkan relawan ikhlas dari banyak kalangan dalam menghijaukan kawasan perbukitan yang sudah gundul.

Munculkan relawan dari perguruan tinggi, pelajar SLTA, pramuka, TNI/Polri, ASN, Kerapatan Adat Nagari (KAN), dan beragam organisasi sosial, hingga pebisnis. Semuanya Insyaallah siap memberikan partisipasinya kalau jajaran 'tungganai' kota ini benar benar serius menjadikan Padang bebas banjir di masa mendatang.

Bagi setiap kelompok berpartisipasi, jelaskan kawasan yang jadi tanggungjawabnya. Begitu pula pengaturan bibit pepohonan yang ditanam juga mesti ditetapkan. Yang penting pola kerja harus jelas. Bukan berbentuk proyek. Tapi partisipasi aktif yang terencana, terstruktur, dan terjadwal.

Kalaulah mayoritas di antara kita maksimal keseriusannya, maka tanpa menunggu lama kita dapat menyaksikan Padang menjadi kota hijau yang sejuk. Berkat kerukunan yang nyata, kota tercinta ini tidak akan lagi mengalami banjir yang menyengsarakan.

Kita sudah lama membenci malapetaka banjir ini. Tapi partisipasi nyata mencegah dan mengatasi musibah itu belum juga memperlihatkan aksi maksimal yang menggelegar.

Kota ini memang sudah punya lembaga Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) yang rata-rata anggotanya dosen dan guru besar dari perguruan tinggi. Mereka sudah bekerja. Tapi support dari banyak pihak masih memprihatinkan. Di sinilah dibutuhkan dukungan maksimal dari pemko agar Forum DAS berkerja lebih gesit lagi.

Memang, Forum DAS sudah berjerih dan berpeluh memperlihatkan aktifitasnya namun belum terlihat aksi besar-besaran dengan mengerahkan 'pasukan tempur' yang sukses merebut kemenangan.

Paling lama 5 tahun, kalau program menghijaukan areal gundul di Padang dilakukan maksimal, tentu tentramlah kota ini dari musibah banjir yang memprihatinkan tersebut. Misalnya saja di Taman Hutan Raya Bung Hatta. Kita berharap ribuan pohon produktif tumbuh subur di sana. Sebaliknya, jika tanaman liar yang mendominasi Hutan Bung Hatta, tentu sangat memprihatinkan.

Bagaimanpun, kita berharap Padang masa datang jadi kota teduh dan menyegarkan warganya. Di sinilah kewajiban kita untuk membuat terobosan baku menghijaukan kota tercinta ini dalam arti yang sebenarnya. Kegigihan semua pihak mutlak diperlukan.

Kerja terjadwal dengan target dan hasil maksimal mutlak diperlukan dalam mengatasi banjir di kota tercinta. Sudah saatnya dikurangi acara dan upacara seremonial yang sifatnya 'sunat'. Sebaliknya, keseriusan mutlak dibutuhkan untuk mengantisipasi musibah banjir melanda Kota Padang tercinta. Bersama kita bisa. Insyaallah. *

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun