Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Operasi Senyap dan Kebanggaan yang Menyeruak dari Sebuah Desa di Sumatera Barat

22 November 2017   09:20 Diperbarui: 22 November 2017   09:48 6170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
LETKOL Inf. Bram Pramudya SE dan istri (kanan) saat serah terima jabatan Komandan Detasemen Markas (Dandenma) Kopassus, dengan Letkol Inf. Donny Pramono SE, di Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur. (DOK. PRI)

SECARA luar biasa, ratusan warga yang disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Banti, Kimbeli dan area longsoran Distrik Tembagapura, Papua, berhasil diselamatkan tanpa jatuh korban jiwa seorangpun, kecuali dua orang anggota KKB yang tewas dalam 'operasi senyap' itu, Jumat, 17 Oktober 2017.

Tim yang berhasil melakukan tugas berat itu adalah Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan Peleton Intai Tempur (Tontaipur) Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) bersama Batalyon Infanteri 754/Eme Neme Kangasi Kodam XVII/Cenderawasih.

Dinamakan 'operasi senyap' karena mereka memang bergerak dengan sangat senyap, sangat rahasia. Mereka bergerak pada malam hari, lalu pada siang hari mereka mengendap, membeku. Penerjunan tim pembebasan itupun 'senyap' dari pemberitaan di berbagai media massa cetak dan elektronik. Tahu-tahu, muncul kabar bahwa sandera berhasil dibebaskan dengan selamat.

Kesuksesan operasi senyap membebaskan ratusan sandera itu memunculkan kebanggan tersendiri bagi masyarakat Indonesia, tak terkecuali warga Jorong Ampanggadang Nagari (Desa Adat) Vll Koto Talago, Kecamatan Guguk, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Pasalnya, salah seorang putra Ampanggadang, merupakan Komandan Detasemen Markas Kopassus. Dia adalah Letkol Inf. Bram Pramudia, SE.

Dari sebuah jorong kecil di Sumatra Barat, ternyata ada seorang perwira menengah yang menjadi komandan unit/detasemen di pasukan elit TNI itu. Sungguh membanggakan!

Informasi ini penulis dapatkan berawal dari komunikasi sesama warga Jorong Ampanggadang melalui sebuah group di media sosial WhatsApp (WA) yang bernama 'IKAMGA'. Di group tersebut, dikabarkan beragam info terbaru. Bukan peristiwa di jorong saja, namun lebih dari itu, beragam peristiwa nasional bahkan internasional juga 'dikunyah' oleh anggota group WA Ikamga. Pemikiran segar, dinamis, dan bisa dipertanggungjawabkan, selalu muncul dalam WA IKAMGA. Yang terbaru adalah informasi suksesnya pasukan TNI-Polri menyelamatkan sandera dari cengkeraman KKB di Tembagapura, Papua.

Sebelum pembebasan sandera berlangsung, begitu rinci informasi yang berseliweran dengan kejadian di tanah Papua itu. Bahkan, penulis ikut nimbrung dengan menuliskan sebuah kalimat: 'Serahkan saja ke Kopassus, salasai mah'.

Tiga hari setelah kalimat itu saya tulis di Gorup IKAMGA, muncul sebuah pesan yang kalimatnya sama persis: 'Serahkan saja ke Kopassus, salasai mah'. Kalimat itu dikirim oleh Letkol Inf. Bram Pramudia, SE, putra Herayati Hamzah, panggilan Iyet, alumni SD 4 Ampanggadang.

Ternyata, anak pasangan Herayati Hamzah-Yurerisdi itu merupakan perwira Kopassus yang menjabat sebagai Komadan Detasemen Markas (Dandenma) Kopassus. Saya tak bisa menutupi kebanggaan bahwa ada putra Jorong Ampanggadang mengabdi sebagai perwira di lingkungan pasukan elite TNI.

Ampanggadang, meski hanya sebuah jorong kecil, namun juga dijuluki 'Jorong Sarjana'. Rata-rata setiap rumah minimal ada seorang sarjana. Bukan di kampung saja, di peratauan juga demikian. Rata-rata warga Ampanggadang dalam setiap KK dipastikan minimal ada seorang yang menyandang gelar sarjana dan mengabdi di berbagai lembaga pemerintahan maupun swasta.

Tentang ibunda tercinta Letkol Inf. Bram Pramudya, Iyet, semasa di 'Sekolah Rakyat (SR)' dulu memunculkan selintas kenangan dan ingatan. Kami waktu kecil-kecil, selalu ikut peringatan HUT RI yang ketika itu dipusatkan di Ibukecamatan, Dangung-Dangung. Dari Ampanggadang berbaris melalui jalan tanah. Beragam lomba diikuti. Regu Ampanggadang sering dapat juara dalam berbagai perlombaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun