Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Panjang Sebuah Jalan di Padang yang Kini Kondisinya Memprihatinkan

25 Agustus 2016   04:29 Diperbarui: 25 Agustus 2016   04:34 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
JALAN Aster di Kelurahan Flamboyan Baru, Padang Barat, digenangi banjir dengan latar belakang Masjid Raya Sumatra Barat yang megah dengan gonjongnya menjulang tinggi ke angkasa . Foto diambil Rabu (24/8/2016). (DOK. PRIBADI)

Sudah sangat lama Jalan Aster di Kelurahan Flamboyan Baru, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, rusak parah. Bahkan, Jalan Aster adalah satu-satunya jalan tingkat kota yang paling memprihatinkan kondisinya di Padang Barat yang sekaligus menjadi pusat Pemerintahan Provinsi Sumatra Barat.

Jalan Aster itu panjangnya tidak sampai satu kilometer dan dibuka semasa Padang dipimpin Walikota Syahrul Ujud.

Sebelum jalan itu dibuka, dulunya daerah itu adalah kawasan rawa-rawa yang dihuni beragam jenis ikan dan binatang liar, seperti ular, biawak, trengggiling, dan beragam burung yang hidup membutuhkan air.

Pada era kepemimpinan Walikota Zuiyen Rais, Jalan Aster itu akhirnya diaspal hotmix, tepatnya tahun 2001. Sampai kini, sudah 16 tahun usia aspal hotmix itu. Seiring waktu, sudah banyak aspalnya yang mengelupas dan menimbulkan lubang di sana-sini. Penyebabnya adalah beban berat yang selalu ditahan jalan itu dengan ratusan beragam kendaraan 24 jam lalu-lalang di atasnya.

Padahal, Jalan Aster itu selalu dilalui pejabat pemerintahan bersama pegawainya, baik pergi atau pulang, sebagai jalan pintas dari kantor tempat kerja mereka yang berada di kawasan itu. Di antaranya Kantor Dinas Perhubungan, Kejaksaan Tinggi, Kehutanan, Badan Ketahanan Pangan, Dinas Sosial, BPTP, dan juga ratusan penduduk yang bermukim di sekitar jalan itu.

Namun entah kenapa, jalan yang jelek itu tidak begitu jadi perhatian meski janji-janji dan harapan sering diterima warga setempat bahwa jalan itu akan diperbaiki, tapi janji itu tidak juga kunjung jadi kenyataan.

Tidak mungkin parahnya kerusakan Jalan Aster itu tidak diketahui pejabat pemerintahan. Apalagi, di Flamboyan Baru cukup banyak 'pejabat berwenang' yang bermukim. Bahkan, warga setempat sudah menyampaikan secara resmi pada Tim Safari Ramadan Pemko Padang yang berkunjung ke Musala Muhsinin, Flamboyan Baru, belum lama ini. Anehnya, ada yang menyampaikan bahwa Jalan Aster itu bukan tanggungjawab Pemko Padang, tapi provinsi. Sejak kapan berubahnya kelas Jalan Aster itu? Ada-ada saja info yang diterima dari yang menamakan dirinya petugas pemerintahan yang sebenarnya kurang bisa dipertanggungjawabkan.

Jalan Aster termasuk strategis. Ketika Presiden Jokowi dan Wapres JK berkunjung ke Masjid Raya Sumatra Barat, ramailah intelijen, polisi, dan tentara bersenapan lengkap hilir-mudik di sepanjang kawasan Jalan Aster itu. Sebab, Masjid Raya Sumatra Barat lokasinya persis berseberangan dengan Jalan Aster. Bahkan, dari kawasan atas Masjid Raya Sumatra Barat sangat jelas lurusnya jalan Aster dilihat ke arah barat.

Sudah sangat pantas Jalan Aster dihotmix atau dicor beton, seperti yang sudah banyak selesai dan dikerjakan di kawasan lain Kota Padang. Namun, kalau tidak juga diperhatikan jalan ini, atau tidak juga direhab, tentu sangat disayangkan. Apalagi, di musim penghujan sekarang, jalan itu dipastikan tergenang banjir. Jalan itu berubah jadi sungai. Salah satu penyebabnya adalah runtuhnya beton dinding Batang Belanti sepanjang 30 meter yang menyebabkan air leluasa melimpah ke perumahan penduduk hingga menggenangi Jalan Aster.

Janganlah terlalu lama Jalan Aster tidak jadi perhatian. Apa ‘dosa’ jalan ini, kenapa dibiarkan saja 'semaput' dengan beragam deritanya? (adi bermasa)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun