Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Aktiflah Menulis, Masukilah AFTA dengan Optimistis

4 April 2014   07:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:06 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki AFTA 2015, memang tak banyak yang bisa kita lakukan untuk benar-benar siap. Semestinya, persiapan memasuki pasar bebas ASEAN ini kita lakukan jauh-jauh hari. Karena 2015 sudah merembang dan sebentar lagi kita ada di dalamnya, cara paling efektif untuk bloger Kompasiana seperti kita adalah dengan aktif menulis. Mengapa demikian? Sebab, inilah keunggulan komparatif anak muda Indonesia. Rajin menulis, rajin ngeblog.

Dengan rajin menulis, kita akan terbiasa merespons sebuah isu ke dalam sebuah tulisan. Dengan banyak menulis, kita terbiasa mendedahkan gagasan. Bank Dunia memang menyitir bahwa kita secara kualitas sumber daya manusia, ada di tingkat nadir. Kemampuan bahasa Inggris dan penguasaan teknologi komputer kita masih rendah. Skill juga tak bagus-bagus amat. Maka, cara kita menutupi itu ialah dengan rajin menulis.

Dengan banyak menulis, setidaknya kita berupaya menutupi kekurangan untuk masuk ke pasar bebas tersebut.mxengan aktif menulis, setidaknya kita bisa berlatih mengemukakan ide dalam bentuk tulisan. Kita tidak tahu, apakah anak muda atau warga di negara ASEAN lainnya punya kegilaan ngeblog seperti kita di Indonesia. Kalau perbandingannya Kompasiana, kita boleh berbangga. Setidsknya, inilah blog bersama dengan jumlah penulis paling banyak di Indonesia, bahkan mungkin Asia Tenggara.

Inilah kenggulan komparatif yang tidak dimiliki bangsa lain. Kalau kita merujuk para pendiri bangsa, rata-rata juga piawai menulis. Bung Karno, Hatta, Syahrir, Natsir, Tan Malaka, adalah penulis jempolan. Tokoh Islam di Malaysia saja, gandrung dengan tulisan tokoh-tokoh kita di masa dahulu. Ini, boleh jadi, kita teruskan di zaman sekarang.

Karena kita rajin menulis, kita punya peluang untuk memberikan ide kepada semua orang. Termasuk dengan mendedahkan persoalan seputar Asia Tenggara dalam bentuk tulisan. Kita tidak tahu, ide kita itu suatu waktu bakal berguna untuk masyarakat ASEAN. Kalau merujuk sejarah, persn Indonesia dalam pembentukan ASENA, cukup besar dan lenting. Tanpa peran Indonesia, barangkali sulit untuk mendirikan ASEAN dan bertahan sampai dengan sekarang.

Tegasnya, jagalah tradisi menulis ini. Sambil kita sesekali mencoba masuk ke kanal bahasa Inggris yang disiapkan Kompasiana. Ini bisa menjadi. Medium belajar yang baik untuk meningkatkan skill bahasa asing kita. Tak menutup kemungkinan, kita juga bisa mengrmbangkan bahasa ke ranah lain, misalnya, menguasai bahasa Tagalog Filipina, menguasai bahasa Thailand, dan negara lain di ASEAN.

Ketimbang kita merutuki nasib siap atau tidak memasuki AFTA, lebih baik terus menjaga tradisi menulis di blog dan media massa arus utama. Ada media di negara ASEAN lainnya yang juga bisa kita serbu dengan tulisan. Barangkzli, ide yang kita tawarkan, jauh lebih baik dan jernih ketimbang ditulis mereka sendiri. Kondisi TKI di Malaysia misalnya, bisa menjadi bahan tulisan yanv menarik buat media di negara jiran itu. Itu juga peluang untuk unjuk kebolehan kita dalam menulis dan menelurksn gagasan yang cerdas. Sehingga, mereka juga tahu, Indonesia tak sekadar memproduksi TkI, tapi juga penulis yang besar dan sukses.

Saya meyakini, dengan menulis, kita bisa bertahan di tengah gempuran tradisi dan produk asing, serta tenaga kerja asing ke bumi Indonesia. Kita adalah pemilik sah negeri ini. Maka itu, kita mesti menjaganya dengan baik. Dan skill yang bisa kita tunjukkan, salah satunya tentu saja tradisi litasi kita yangbagus. Di titik inilah, busaya membaca dan menulis bisa kita sorongkan sebagai sebuah keunggulan.

Tegasnya, marilah terus menulis, baik di blog maupun media massa. Dan satu ranah lain, menulis buku sesuai dengan basis keilmuan dan minat terbesar kita. Terbitkan karya kita dan banjiri pasar buku ASEAN dengan ide dan gagasan kita, yang boleh jadi luar biasa, dibandingkan penulis dari negeri tetangga.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun