Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lucky Hakim Mundur, Memahami Esensi Posisi Orang Nomor Dua

23 Februari 2023   07:30 Diperbarui: 23 Februari 2023   14:03 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nina Agustina dan Lucky Hakim (Arsip istimewa relawan Lucky Nina via GridHot)

Artis Lucky Hakim mundur dari posisi sebagai wakil bupati Indramayu. Lumayan ramai di media sosial pengakuan Lucky. Termasuk soal segala fasilitas yang ia terima. 

Ia juga merasa prihatin dengan rakyat yang hidupnya njomplang dengan penguasa daerah. Berdasar reportase Kompas.com, mundurnya Lucky karena tak harmonis lagi dengan bupatinya.

Saya ingin mendedahkan hal ini dari sisi esensi kedudukan wakil kepala daerah. Di mana-mana, posisi wakil itu orang nomor dua. Semua yang namanya wakil, orang nomor dua. 

Kecuali wakil rakyat. Ia bukan posisi, melainkan frasa sebutan untuk legislator di gedung dewan.

Ranah pemerintah pusat juga demikian. Dulu waktu periode pertama Susilo Bambang Yudhoyono berpasangan dengan Jusuf Kalla, terjadi juga hal yang demikian. 

Namun, duet itu akhirnya sampai khatimah juga. Meski setelah itu Jusuf Kalla memutuskan maju menjadi capres dan Yudhoyono berpasangan dengan Boediono pada pilpres tahun 2009.

Yang mesti dipahami oleh mereka yang hendak maju berpasangan adalah posisinya beda. Kepala daerah dan wakil kepala daerah itu beda tugasnya. Yang namanya kepala daerah atau kepala pemerintahan seperti presiden, punya wewenang luas. Itu yang tidak dimiliki oleh wakil.

Wakil akan bekerja jika kepala daerahnya berhalangan. Mungkin tugas luar dalam jangka waktu lama. Mungkin juga sakit. Boleh jadi terkena kasus dan sebagainya.

Rano Karno jadi gubernur Banten di periode pertama pertengahan jalan. Ia menggantikan Ratu Atut yang berurusan dengan KPK. Jadi, posisi wakil memang menggantikan.

Bisa dibilang, tepat kalau orang sering sebut wakil itu ban serep. Memang itu benar. Hanya saja, tak banyak yang paham posisi ini. Wakil inginnya dapat peran. Alasannya dipilih berbarengan. Kadang isi tas wakil juga terkeruk untuk biaya politik semacam pilpres atau pilkada.

Akan tetapi, esensi wakil memang orang nomor dua. Esensi wakil memang ban serep. Esensi wakil memang berjalan di belakang kepala daerahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun