Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agama Saya Jurnalisme, Agama Kamu Apa?

20 Februari 2023   21:40 Diperbarui: 20 Februari 2023   22:12 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wartawan sedang melalukan peliputan. Dokumentasi pribadi

Judul tulisan ini terinspirasi dari sebuah buku hasil karya Andreas Harsono. Andreas adalah wartawan Indonesia yang sempat mendapat beasiswa Nieman Fellowship di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Di sana, ia diajar "nabi jurnalisme" Bill Kovach.

Wartawan Indonesia yang dapat Nieman Fellowship ini tidak banyak. Sebelum Andreas, ada beberapa, di antaranya Goenawan Mohammad dan Ratih Harjono. Nama pertama adalah wartawan senior majalah Tempo, nama kedua adalah jurnalis Kompas.

Andreas piawai menulis narasi. Suntingannya juga jempolan. Ia bikin buku dengan judul Agama Saya Adalah Jurnalisme. 

Ungkapan itu bukan sebuah pernyataan langsung. Itu ia sampaikan kala wawancara satu jam di sebuah televisi beberapa tahun yang lampau. Kala itu presenter tanya soal jurnalisme. 

Karena televisi yang menyiarkan itu milik grup Jawa Pos, hasil dialog juga diketik menjadi berita di koran Jawa Pos. Judul beritanya menghentak. "Agama Saya adalah Jurnalisme".

Andreas sama seperti mentornya, Bill Kovach, yakin jika jurnalisme itu sarat dengan kebaikan. Jurnalisme bisa memandu masyarakat untuk mendapatkan hak-haknya dengan baik. 

Jurnalisme mampu mengarahkan pemerintahan sehingga berjalan pada treknya. Ia sampai pada ungkapan "agama saya adalah jurnalisme" karena menjawab soal Islam dan persatuan Indonesia. Andreas meyakini, jurnalisme sangat berguna untuk kebaikan masyarakat.

Saya sekali ketemu langsung dengan Andreas sekitar tahun 2009. Waktu itu saya masih aktif di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung. Sejak 2008, AJI Bandar Lampung bikin penghargaan untuk karya jurnalistik yang dinilai mempunyai dampak pada perubahan publik. 

Nama penghargaan itu Saidatul Fitriah Award. Sedangkan penghargaan untuk orang atau lembaga yang dinilai punya kontribusi besar terhadap jurnalisme, kebebasan pers, dan demokrasi dengan nama Kamaroeddin Award.

Saat malam penganugerahan, kebetulan saya diminta lembaga untuk membacakan nominasi dan pemenanganya. Andreas waktu itu hadir. Kebetulan sehari sebelumnya ia menjadi narasumber pelatihan jurnalistik yang ditaja unit kegiatan mahasiswa Teknokra Universitas Lampung (Unila).

Saat saya membacakan narasi itu, Andreas menyimak saksama. Usai saya turun, kami berbincang ringan. Dia bilang, "Saya menikmati suasana malam ini. Khususnya waktu Anda membacakan nominasi penerima penghargaan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun