Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

3 Kesalahan Fatal Wartawan

3 Januari 2023   09:17 Diperbarui: 10 Januari 2023   15:02 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wartawan| Freepik.com/Freepik via Kompas.com

Usut punya usut reporter saya yang salah. Ia tidak akurat dalam menilai dan melihat siapa yang menggelar demo. Yang demo ternyata sekelompok orang yang menamakan diri Gerakan Masyarakat Indonesia (GMI) tanpa diksi "bawah". 

Saya kemudian balik menelepon kawan itu dan meminta maaf. Berita terbaru bahwa demo yang barusan digelar bukan dari GMBI. Saya menulis pernyataan maaf.

Manusia memang tempatnya khilaf dan salah. Termasuk juga mereka yang bekerja sebagai jurnalis. Maka itu, wartawan mesti punya kesaksamaan ekstra. Saat ada kejadian, ia mesti presisi benar dalam menulis. 

Akurasi mesti dijaga dengan ketat. Ia mesti tahu siapa nama lengkap narasumbernya, jabatannya apa, nama lembaganya apa, yang diuraikannya apa saja, alasan menggelar acara apa, apa yang melatarbelakangi, siapa saja yang terlibat, dan bagaimana prosesnya. Intinya sih 5W 1H.

Pernah juga ada kecelakaan lalu lintas. Karena korbannya meninggal, berita jadi heboh. Yang menjadi masalah, reporter salah menuliskan identitas korban yang meninggal. Mestinya ditulis siswa SMK X, ini malah ditulis siswa SMA Y. 

Gempar seisi sekolah yang disebut dalam berita siswanya meninggal usai kecelakaan. Itu juga nyata. Saya mewakili media massa lagi-lagi menurunkan berita permohonan maaf atas ketidakakuratan dalam menulis dan keteledoran dalam melakukan penyuntingan.

Ketiga, tidak cermat dalam menyusun kronologi

Ada berita yang isinya sih benar. Secara akurasi ok. Namun, susunan kejadiannya tidak persis sama seperti kejadian aslinya. Ini jelas mengganggu meski tidak fatal-fatal amat. Cuma tidak enak saja dengan narasumber.

Beberapa waktu lalu seorang teman yang ketua partai bikin informasi di akun media sosialnya. Ia menjadi sopir ambulans untuk membawa pasien dari rumah ke sebuah rumah sakit. 

Informasi yang saya tangkap demikian. Saya kemudian mengontaknya dan bertanya beberapa hal. 

Buat saya ini punya sisi kemanusiaan (human interest) yang lumayan tinggi. Biasanya ada sopir ambulans khusus yang mengendarai. Tapi kok ini sampai ketua partai yang turun langsung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun