Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jurnalisme: Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama, Tapi Tak Pernah Nikmati Malam Pertama

24 Desember 2022   16:11 Diperbarui: 24 Desember 2022   18:41 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tahun 2015, seorang teman kerja di Lampung Post dahulu, mengajak saya mengajar di Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) UIN Raden Intan Lampung. Mas Taufik namanya. Saya tak kerja di Lampung Post lagi kala ia menawari kerjaan itu. Saya sudah di web yang dikelola senior saya, Juwendra Asdiansyah. Nama webnya duajurai.com. Web itu kini tak bisa diakses lagi.

Tawaran Mas Taufik saya iyakan. Ia jelaskan saya diminta mengajar mata kuliah Jurnalistik Islami. Mas Taufik jelaskan beberapa item silabus. Saya disuruh menyiapkan surat lamaran dan biodata saja. Dua berkas ini saya ingat tak pernah saya bikin. Sebab, jeda waktu antara pemberitahuan beliau dan waktu mengajar sangat pendek. Ringkas cerita, jadilah saya mengajar.

Karena mengajar perihal yang saban hari saya geluti, tidak susah. Karena saya banyak cerita dan memberikan kiat serta penugasan penulisan, rata-rata mahasiswa senang. Senyawa saya dengan mereka pun tumbuh. Saking dekatnya, mereka panggil saya "Bang Adian" ketimbang "Pak Dosen".

Saya mengajar sebagai dosen tamu atau dosen luar biasa (DLB) di UIN Raden Intan selama lima tahun. Tahun 2019 saya terakhir mengajar. Habis itu, tak lagi dipakai, hahaha.

Ada yang menggelitik pada diri saya. Teman-teman mahasiswa ini kayaknya kalau di kelas senang benar dengan mata kuliah itu. Antusiasme mereka luar biasa. Tugas yang saya kasih, baik menulis straight news maupun feature, mereka kerjakan dengan baik. Bahkan, banyak yang saya unggah di media massa online yang saya kelola kala itu, jejamo.com.

Beberapa tulisan bahkan dibaca lumayan banyak. Satu rekor sempat menembus angka nyaris seperempat juta kali dibaca. Intinya, minat mereka ini untuk mengikuti mata kuliah berbasis jurnalisme sangat tinggi.

Mendekati tahun terakhir mengajar, ada mahasiswi, Nonni Harisa namanya, bikin skripsi yang kurang lebih judulnya "minat mahasiswa KPI angkatan 2016 menjadi jurnalis muslim". Nonni ini bikin skripsi yang simpel tapi menarik. Buktinya, usai ia ajukan itu, ia gas pol. Beberapa kakak tingkat ia balap. Nonni lulus duluan dengan skripsi itu.

Semula Nonni mau ambil khusus mata kuliah saya: jurnalistik islami. Judul yang ia sorongkan di awal "pengaruh mata kuliah jurnalistik islami terhadap minat mahasiswa KPI angkatan 2016 menjadi jurnalis muslim". Namun, judul yang disetujui pembimbing skripsinya menjadi minat mahasiswa KPI angkatan 2016 menjadi jurnalis muslim.

Hasil skripsi Nonni memang menarik. Pendek kata, soal minat, semua mahasiswa minat terhadap mata kuliah berbasis jurnalistik. Bahkan, persentase untuk senang terhadap mata kuliah Jurnalistik Islami yang saya ampu 90 persen menyatakan amat senang.

Namun, jika pertanyaan yang disorongkan adalah apakah mereka mau menjadi jurnalis pascalulus, minatnya masih rendah. Saya baca-baca juga beberapa skripsi mahasiswa kampus lain, rata-rata sama.

Di kehidupan nyata juga demikian. Dari sekian ratus mahasiswa yang pernah saya ajar, paling hanya kurang dari 10 orang yang melabuhkan pilihan profesinya menjadi jurnalis. Selebihnya lebih tertarik pada ragam pekerjaan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun