Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kain Perca Pertanian Kita

22 Mei 2019   10:07 Diperbarui: 22 Mei 2019   10:36 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Satu tantangan besar dunia pertanian kita adalah perubahan fungsi lahan sawah menjadi bentuk lain. Ia bisa berbentuk perumahan atau permukiman, pertokoan, dan jenis usaha lain yang tidak berbasis pertanian lagi.

Perubahan alih fungsi lahan sawah dipicu dua hal yang penting. Yang pertama, lahan sawah memang tidak dikuasai petani. Lahan biasanya dimiliki orang kaya yang kemudian mempersilakan petani mengolahnya.. Sistemnya kebanyakan bagi hasil. Jika panen, petani akan menyetor sebagian hasil panen kepada pemilik lahan.

Yang kedua, nilai tambah dari pertanian ini minim sehingga dinilai si pemilik tidak bisa menghasilkan duit yang lumayan. Karena ketiadaan nilai tambah inilah kemudian menjadikan pemilik mengubahnya ke bentuk lain. Ia bisa mengubahnya sendiri atau yang ekstrem menjualnya kepada orang lain.

Pertumbuhan dunia industri dan ekonomi kreatif menjadi idola zaman sekarang. Perspektif anak-anak muda yang lulus SMA dan kuliah adalah bekerja pada sektor-sektor kreatif. Sebagian besar memang masih ada yang mengandalkan pembukaan lowongan pekerjaan pada sektor konvensional seperti pegawai kantoran, menjadi aparatur sipil negara, dan sebagainya.

Sebagian memilih bekerja untuk dirinya sendiri dengan mengandalkan basis teknologi Internet dan keterampilan lain. Misalnya menjadi Youtuber, bloger, bloger, dan sebagainya.

Cobalah bertanya kepada anak SMA yang hendak lulus atau kepada calon sarjana dari fakultas pertanian. Hendak bekerja sebagai apa mereka usai lulus? Barangkali tak ada yang menjawab hendak menjadi petani.

Pun bagi mereka yang rumah orangtuanya ada di daerah berbasis pertanian. Daya tarik kampung dengan sektor pertanian sudah hilang. Mahasiswa yang lulus menjadi sarjana lebih memilih bertahan di kota dan mencari pekerjaan di sana. Jargon untuk pulang kampung dan membangun desa dengan basis utama pertanian tidak lagi menarik dan jadi daya tarik.

Dorongan persoalan dalam konteks pertanian kita ini tentu mesti dicarikan jawabannya. Usaha pemerintah agar Indonesia masih punya muruah dalam hal pertanian patut dihargai.

Skema Pemerintah Presiden Joko Widodo yang membangun banyak waduk besar di beberapa daerah untuk mendukung sektor pertanian, boleh diapresiasi. Namun, bagaimana dengan wujud lahan pertanian kita yang semakin mengecil.

Tentu akan menjadi anomali saat bendungan besar dibangun, lahan sawah yang hendak dialiri air malah berkurang. Signifikansi bendungan atau waduk kemudian berkurang.

Pemerintah tidak boleh mengabaikan persoalan ini jika ingin mempertahankan kedaulatan pangan, meminimalkan impor pangan, dan tetap memantaskan diri sebagai negara agraris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun