Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Kurma

"Nyawer" Serunya Rebutan Receh di Hari Lebaran

14 Juni 2018   18:41 Diperbarui: 14 Juni 2018   18:52 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Dari pihak ibu, kami ada 30-an sepupu. Lumayan banyak. Ibu sendiri sembilan bersaudara.

Jika Lebaran, sejak kami masih kanak-kanak, pasti berkumpul. Dimulai kumpul di rumah uwak tertua kemudian ziarah ke makam kakek dan nenek dilanjutkan berkeliling.

Bisa ada belasan mobil jika kami berkeliling. Biasanya sampai sore bersilaturahmi dari satu rumah ke rumah lain. Memang tidak semua. Minimal ada lima sampai enam tempat perhentian.

Jika sudah sampai, tidak ada acara khusus. Lazimnya orang yang berlebaran. Makan-makan, bercengkerama, ketawa-ketiwi, dan sebagainya.

Namun, ada satu kebiasaan yang selalu ditunggu-tunggu. Apa itu? Saweran. Ya nyawer. Kami yang sudah bekerja, kemudian mengeluarkan uang pecahan seribu sampai lima ribu rupiah. Semua sudah paham. Yang tua, yang muda kumpul semua.

Yang mau nyawer kemudian berdiri pakai bangku. Dikeluarkan uang kemudian diterbangkan. Nanti semua akan berebut. Rebutan itu yang seru. Kami saling berebut duit yang disawer. Tidak pandang tua muda. Bahkan, demi uang receh itu, keponakan sampai bertabrakan dengan om atau tante. Hahahah. Ada-ada saja.

Sebetulnya tidak hanya momen Lebaran tradisi itu dilakukan. Kadang jika ada hajatan perkawinan, saat menyambut tamu, beberapa uwak kami juga menyawer. Bahkan, uang yang dilempar logam semua. Itu lebih seru lagi. Kadang keping logam mengenai kepala. Sakit juga tapi seru.

Tradisi nyawer sudah berlangsung lama di keluarga kami. Saya kira ini juga berlaku di banyak keluarga lain di tempat yang lain.

Tujuan utamanya tentu saja mengakrabkan antara satu dan yang lain. Dengan cara ini, hubungan kekeluargaan bisa semakin hangat.

Makna terdapat tentu saja kami sama-sama mendoakan supaya semua saudara mendapat rezeki yang halal, melimpah, dan berkah. Kami ingin tahun depan ada saweran lagi dengan nominal yang semakin bertambah. Hitung-hitung sedekah dan meramaikan suasana kekeluargaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun