Mohon tunggu...
Abebah Adi
Abebah Adi Mohon Tunggu... lainnya -

Seseorang yang percaya bahwa masa lalu hanyalah kenangan saja untuk dijadikan bahan evaluasi. Hidup adalah saat ini berharap dapat berusaha untuk menjadi lebih baik dari masa yang telah lalu, masa yang akan datang masih mistery hanya Alloh SWT. saja yang paling mengetahui.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pengaruh Peramalan dan Mitigasi Bencana Alam

5 Februari 2014   01:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:09 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Hujan memang tidak harus di sesalkan sebagaimana musim silih berganti dan matahari selalu berulang muncul di setiap pagi, musim lebih baik di renungkan dan di cari jalan keluar penanggulangannya agar bermanfaat untuk kemanusiaan.

Malam ini ketika hujan sudah berhenti total setelah seharian tidak teratur antara berderai, gerimis dan reda berulang menyemarakan hari ini, hari kemarin dan juga hari sebelumnya, maka saya berniat untuk jalan-jalan keluar rumah. Udara nan sejuk, bersih setelah ramai terguyur sepanjang hari menyegarkan sistem pernapasan dan  gerak jalan malam hari ini di antara jalanan yang basah sambil sesekali mengangkangi genangannya berharap tubuh ini kembali bugar setelah seharian kebanyakanan duduk di depan komputer, TV dan beberapa kegiatan lain seperti antar jemput anak bontot dari dan ke sekolah juga kegiatan lain yang tidak banyak mengeluarkan energi dan pikiran. Sambil menyusur jalanan yang basah dan menghirup udara segar kembali pikiran melayang menyimak informasi yang di dapat seharian, seperti bencana banjir dimana-mana, menggeliatnya beberapa gunung berapi terutama yang sedang terbatuk memakan korban baik jiwa maupun harta benda dan permasalahan sosial lainnya yang terekam seharian, berita tentang banjir yang terjadi dimana-mana, Gunung Sinabung yang terbatuk menghembuskan awan panas dan material lainnya, maraknya pekerja sek komersial dari perempuan di bawah umur yang marak di jajakan di berbagai kota besar belum lagi masalah penyalahgunaan narkoba. Saya hanya bisa berucap turut  prihatin sekaligus salut terhadap Kompas TV yang program-programnya fokus dan tuntas membahas permasalahan yang kerap muncul terjadi di wilayah Indonesia tetapi hampir terabaikan untuk dibahas tuntas  oleh lembaga penyiaran komersial lainnya.

Pikiran kembali mengembara ke era lain sebelumnya, kehidupan di pedesaan seperti bertani dan bercocok tanam lainnya yang menjadi pusat perhatian pemerintah dan lembaga penunjang lainnya, maka lembaga dan forum untuk menunjang sistem pertanian secara keseluruhan dengan melibatkan kelompok tani, perikanan dan nelayan yang  bermekaran hampir kepelosok pedesaan secara bersama-sama menyikapi program yang datang dari  pemerintah sehingga bencana alam dan musim ini jangan sampai banyak menderita kerugian baik nyawa dan harta dikalangan masyarakat yang terkena dampak bencana.

Lembaga penyiaran seperti TVRI dan RRI demikian berpengaruh di kalangan masyarakat pedesaan pada waktu itu, terutama RRI yang yang kerap menyiarkan tentang seluk beluk bertani dan bercocok tanam lainnya sampai ke masalah antisifasi untuk menghadapi perubahan musim yang kerap terjadi dan tidak disangka-sangka, maka dari pusat sampai ke daerah tidak terkecuali kelompok kelompok tani, perikanan dan nelayan membahas kegiatan rencana yang akan datang. Kondisi dan kebiasaan baik itu, kini lambat laun sudah hampir hilang tergerus jaman, masyarakat pedesaan jangan sampai lebih tertarik kepada program TV dan Radio yang lebih menekankan kepada acara infotainment yang cenderung bermuatan gibah murahan yang salah tempat dan alamat, sekarang jamannya pengacara apalagi yang kadung berlagak artis  berdebat total di infotainment bukan di pengadilan sebagaimana layaknya sehingga banyak menyita perhatian dan sangat  merepotkan masyarakat pada umumnya.

Maka dengan melihat kondisi bencana alam dan musim yang liar sekarang ini menyiratkan seolah-olah susah untuk terkoordinasi dengan baik mulai pemerintah pusat sampai ke daerah, tetapi ternyata kepedulian masyarakat yang berniat untuk membantu meringankan beban sesama yang terkena dampak bencana semakin meningkat walaupun diantaranya memakan korban jiwa. Bisa saja saya berpendapat dan menilai tentang jaman kini yang sangat lemah di bidang forecasting dan kegiatan mitigasi bencana alam untuk meramalkan dan mengantisifasi kemungkinan menekan perubahan sosial ekononomi dan keamanan sehingga persiapan segala kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan datang seharusnya menjadi pusat perhatian bersama yang serius.

Sungai dan Irigasi yang seharusnya dipelihara dan diamati kondisinya agar aliran airnya pun dapat  di urut sehingga sampai dengan merata ke sawah ladang para petani apakah jaman sekarang masih ada dan dilaksanakan dengan baik sehingga kekacauan dan perselisihan yang dulu sering terjadi akibat penggunaan air permukaan tanah ini dapat di redam dan kepastian petani untuk memaksimalkan lahan sawahnya lebih terjamin, KUD dengan gudang pupuk dan hasil produksi apakah masih berdiri tegak di berbagai desa sehingga dapat dimanfaatkan untuk kondisi darurat bencana dan  benih varietas unggul yang banyak di diciptakan pada jaman orde baru itu kini malah telah banyak ditemukan varietas bibit unggul baru?

Kondisi fisik sungai serta irigasi saat ini banyak yang terbengkalai kebanyakan rusak tidak berfungsi, boro-boro penjangnya bertambah, gudang pupuk serta kantor KUD yang hampir  terdapat disetiap desa sekarang banyak yang terbengkalai, areal lahan sawah sudah jauh berkurang di bandingkan jaman dulu karena berubah fungsi, tanah sawah dan ladang banyak berubah menjadi bentangan beton dan tembok-tembok pemukiman sedang pencetakan sawah baru hampir tidak terdengar nyata keberhasilannya, kepemilikan areal lahan sawah dan ladang sudah banyak berubah, bukannya petani yang berharap sawah ladangnya bisa untuk melangsungkan kehidupan keluarga, pendidikan anak-anaknya dan aktifitas sosial lainnya, kini mungkin sudah banyak berganti di kuasai  oleh petani berdasi.

Pengaruh globalisasi dan perdagangan bebas saat ini perlu di cermati dan kebijakannya terutama di sektor pertanian yang rentan, kebijakannya seharusnya pro petani dan peladang, kepemilikan dan penguasaan berjuta hektar lahan pertanian dan perkebunan saat ini jangan-jangan sudah beralih di kuasai oleh warga negara lain untuk kepentingan pasar dan bisnis korporasi mereka, mengabaikan kelestarian ekosistem dan produksi pangan baik yang tersebar parsial sebagai lahan milik rakyat maupun pengelolaan tanah negara agar berkesinambungan mengatasi tuntutan swa sembada pangan serta tantangan musim secara arif bijaksana. Nah kalau penguasaan lahan sudah banyak beralih fungsi sedang kepemilikannya sudah berorientasi ke pasar dalam pengertian ekonomi segelintir orang dan korporasi maka  siap-siap saja atau memang sudah mulai terjadi, petani sawah, perkebunan, perikanan sampai nelayan dan masyarakat peladang berpindah yang menghuni hutan kita sekarang ini terusir atau paling banter hanya sebatas sebagai penggarap dan buruh kasar saja di lahan bekas milik mereka, lahan negara dan hutan di gadaikan serta wilayah samudra yang tercakup dalam batas Zona Ekonomi Eksklusif yang kaya akan berbagai jenis makhluk lautan yang seharusnya dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat berbangsa dan bernegara ini di jual. ZEE dimana suatu negara kepulauan seperti Indonesia yang dikelilingi lautan  dalam zona radius 200 mil dari garis dasar pantai tersebut Negara dan masyarakatnya dapat dengan bebas mempunyai hak atas kekayaan alam di dalamnya dan berhak untuk menggunakan kebijakan hukumnya.

Maka Selamat kepada para pejabat penguasa negara yang sudah menggadaikan bahkan menjual tanah air kepada pasar global. Jangan sampai Jaman sekarang hanya pandai untuk memadamkan dan menanggulangi kejadian bencana yang terjadi tetapi tindakan persiapan untuk mengantisifasi kejadian untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya terabaikan.

Entahlah, kenapa saat ini musibah silih berganti menimpa masyarakat Indonesia : air mengamuk, tanah  marah, pohon dan tanaman menjadi bengis bahkan gunung murka karena ulah segelintir manusia. Jawabannya tanyakan saja kepada rumput yang bergoyang yang sesekali terinjak oleh  kepentingan mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun