Mohon tunggu...
Adi Sastra
Adi Sastra Mohon Tunggu... -

seorang yang romantis / @ADSastrawidjaja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jonan, Stop Segala Pencitraan!

9 Januari 2015   21:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:28 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari yang lalu saya sempat menulis tentang 7 Menteri dengan Raport Merah. Tulisan yang mendapat sambutan pro dan kontra. Ada yang menyebutnya terlalu dini. Tapi pada dasarnya di awal saya sudah menjelaskan bahwa ini hanya pendapat dan analisa pribadi. Toh, di Indonesia kebebasan berpendapat masih ditegakkan bukan?

Dari 7 menteri tersebut, ada nama Ignasius Jonan. Menteri Perhubungan yang mantan Dirut PT. KAI. Raport merah yang saya berikan adalah tentang kejadian beberapa waktu lalu juga. Ketika kecelakaan Air Asia, Jonan sempat mencuri hati publik Indonesia dengan aksi marah-marahnya. Apakah salah marah-marah? Tentu bisa jadi salah dan benar. Benar jika memang marah ditujukan untuk perbaikan atas sebuah kesalahan. Salah jika hanya ingin tunjuk ketegasan atau cari perhatian. Lantas marah seperti apa yang dilakukan Jonan?

Dilansir dari salah satu portal media online (baca: Jonan Marah di Kantor Air Asia) "Pak Jonan marah-marah di kantor AirAsia. Marah besar," ungkap Hadi M Djuraid, Staf Khusus Menteri Perhubungan. Marahnya Jonan dikarenakan Air Asia dinilai tidak mengikuti prosedur yang ditetapkan Menteri Perhubungan."Kalau ada aturan seperti itu, Anda harus patuhi. Kalau tidak patuh, saya bisa cabut izin Anda," tegas Jonan seperti ditirukan oleh Hadi.

Kemarahan Jonan tersebut langsung mendapatkan respon dari salah satu pilot di Indonesia. Beberapa surat terbuka dilayangkan kepada Jonan seperti Surat Terbuka 1 dan Surat Terbuka 2. Apa yang paling mengenaskan dari salah satu surat terbuka tersebut? Yaitu tentang sebuah kalimat yang sangat menohok siapapun orang yang setipe dengan Jonan. “Ingat, jangan NAMPANG diatas duka orang lain”.

Marah-marah Jonan ini mengingatkan kita pada kelakuan dia di tahun 2013 kemarin. Masih ingat tentang kasus KRL yang menabrak truk tangki BBM? (baca: Jonan Marah-marah di Kejadian Tabrakan KRL atau Jonan Emosional di Tragedi Bintaro) Jonan mengelak bahwa kejadian tersebut adalah kesalahan PT. KAI. Ending kasus ini adalah ketika investigasi selesai dilakukan. Ternyata kesalahan terletak pada lambatnya palang KRL menutup. Lalu tugas siapakah tentang palang KRL ini?

Sesungguhnya memang gaya marah-marah itu bisa jadi tepat untuk mengatasi berbagai masalah di Indonesia. Negara ini memang dikenal sebagai bangsa yang kalem dan tidak gampang emosi. Akibatnya banyak kejadian korupsi di berbagai sektor hidup. Apa Jonan ingin mengikuti tren marah-marah para petinggi di Indonesai saat ini? Seperti Ahok atau Risma.

Saya tidak ingin berlama-lama membahas Jonan. Lagian tulisan ini hanya ingin mengomentari anger management Jonan yang tidak tepat. Seharusnya Jonan tahu waktu, sebelum marah-marah. Jangan menambah citra buruk ketika banyak kesalahan di masa lalu yang anda perbuat. Oh ya, bagaimana kabar sebuah media yang melindungi Jonan padahal salah satu wartawannya dilecehkan oleh dia? Hhmm.. Sudahlah. Nanti kalo dibahas terus akan ada foto Jonan tidur di peron bandara.

Sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun