Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hikmat Vs Kebodohan

12 Oktober 2021   12:24 Diperbarui: 12 Oktober 2021   12:27 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber image: https://www.penaburbenih.blog/

Dalam Alkitab, Salomo dikenal sebagai tokoh yang berhikmat. 

Salah satu hal yang menjadikan sosok Salomo begitu terkenal adalah karen hikmatnya yang luar biasa. Tertulis di Alkitab, bahwa sebelum dan sesudah Salomo, tidak akan ada orang yang begitu berhikmat seperti dia. Bahkan ratu negeri Syeba pun datang berkunjung untuk membuktikan dan merasakan sendiri hikmat Salomo (1 Raja-raja 10:1-13).

Hikmat membuat Salomo memiliki cara pandang luar biasa terhadap hidup. Hal ini terlihat dari kitab yang ditulisnya, yaitu Pengkhotbah. Hikmat memampukan Salomo membedakan apa yang benar dan salah, serta membantunya mengambil keputusan yang adil dan bijaksana.

Orang yang berhikmat atau memiliki wisdom artinya dapat membuat keputusan-keputusan yang baik dan benar. Kalau anda sudah cukup lama hidup di dunia, pasti Anda menyadari betapa berharganya kemampuan ini untuk kita bisa mengetahui apa yang kita harus putuskan, dan membuat keputusan-keputusan yang baik dan benar.

Alkitab mengatakan orang yang berhikmat adalah orang yang bisa mengaplikasikan Firman Tuhan dalam keputusan-keputusan yang harus diambil dalam hidup (Mat. 7:24); sedangkan orang yang tidak memperhatikan Firman Tuhan dalam membuat keputusan-keputusan dalam hidupnya disebut sebagai orang bodoh.

Alkitab menjelaskan bahwa Takut akan Tuhan merupakan titik awal seseorang akan bertumbuh dalam hikmat (Ams.9:10;15:33). Takut akan Tuhan artinya hidup menghormati Tuhan dan menyenangkan hati Tuhan. Orang yang takut kepada Tuhan pasti berpegang kepada Firman Tuhan dan melakukan Firman Tuhan supaya hidupnya memuliakan Tuhan. Orang ini akan menjadikan Firman Tuhan sebagai acuan yang paling benar dalam membuat keputusan-keputusan dalam hidupnya. Bukankah ini yang Alkitab katakan tentang orang yang bijaksana?

Lalu bagaimana melihat teks pada Efesus 5:15-21 berhubungan dengan tema kita, Hikmat vs Kebodohan? Pada perikop ini, Rasul Paulus menjelaskan bagaimana kehidupan orang percaya harus sangat berhati-hati. Dia memerintahkan jemaat di Efesus untuk dipenuhi dengan Roh Kudus dan ia menunjukkan kepada mereka hasil dari pemenuhan tersebut di dalam berbagai hubungan hidup yang praktis. Dengan demikian, dari perikop ini dapat dilihat ada empat hal yang menjadi indikator kita memiliki hikmat dalam hidup sekaligus membuat kita bukanlah orang bodoh yang hanya menyia-nyiakan hidup ini dengan hal-hal yang tidak berguna.

  • Memperhatikan dengan seksama bagaimana kita harus hidup

Hal pertama yang harus diperhatikan supaya kita memiliki hidup yang berhikmat adalah memperhatikan dengan seksama bagaimana kita harus hidup. Dalam ayat 15 dikatakan, janganlah seperti orang bebal, melainkan seperti orang arif. Alkitab memberikan kita contoh orang bebal, yaitu: orang yang selalu melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang. Sebenarnya ia tahu mana yang benar dan tidak, tapi selalu mengulangi pola dan kebodohan yang sama.

Kemudian orang bebal juga susah menerima masukan dan nasihat, apalagi teguran. Ia merasa dirinya bijak, masalahnya paling berat, kasusnya spesial, dan tidak ada yang bisa memahaminya. Hanya ia yang tahu kebenarannya. Selalu melihat kesalahan orang lain tapi meluputkan kesalahan sendiri. Ia menolak introspeksi dan tidak mau berubah.

Orang bebal memiliki amarah yang meledak-ledak. Di tangan orang bebal, masalah kecil menjadi besar, padahal bisa diselesaikan dengan cara sederhana. Ia mengambek karena hal sepele dan merasa berhak untuk marah. Menghukum orang lain dengan aksi tutup mulut (silent treatment), diam seribu bahasa dengan hati yang penuh kemarahan dan kebencian. Terakhir, orang bebal selalu menganggap dirinya bijak. Ia membenarkan tindakannya, mencari-cari alasan untuk tidak berubah, cenderung berputar-putar, berfokus pada hal negatif dari orang lain, dan membesar-besarkan kebaikannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun