Mohon tunggu...
Slamet Riadi
Slamet Riadi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Amanah dalam Etika Bisnis Islam

24 Oktober 2017   20:57 Diperbarui: 30 Oktober 2017   12:16 1669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Orang yang menyeru ke jalan Allah harus senantiasa mempelajari Sunnah Rasullullah SAW., perjalanan hidup yang harum, dan akhlaknya yang mulia, agar menjadi pelita yang menerangi jalan dan menjadi standar untuk mengukur perilau. Dengan begitu ia dapat mengenali rambu-rambu jalan mampu mengatasi kesulitan-kesulitannya, dapat menentukan tujuan perjalannya dan bisa mencari sarana-sarana yang benar untuk mengantarkannya pada tujuan tersebut. 

Dengan demikian ia bisa mengumumkan keridhaan bahwa Allah sebagai Tuhannya, Muhammad sebagai nabinya dan rasul-Nya, sehingga ia bisa merasakan manisnya iman dan nikmatnya perjalanan. Lalu ia mampu melaksanakan perintahnya dan menjahui larangan serta sabar dalam menghadapi ketentuan Allah. Sebagaimna sifat-sifat Rasulullah SAW yaitu Sidiq, Amanah, Tabliq dan fathonah.

Amanah (dapat dipercaya)

Amanah (dapat dipercaya), Nabi dan Rasul memiliki sifat amanah. Oleh karena Nabi dan rasul memiliki sifat jujur, mereka dapat dipercaya. Kejujuran yang dimiliki oleh nabi dan rasul menyebabkan mereka dipercaya. Mereka menjaga dan melaksanakan amanah yang diterima kapan dan dimana pun berada.[1]

Terpercaya (amanah), yaitu kepribadia rasul yang terpercaya dan dipercaya dalam mengembangkan amanat atau kepercayaan orang lain. Ia tidak berusaha khianat atau mengingkari janjinya, sebab jika demikian maka tergolong munafik.[2]

Karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang manajer sebagaimana karakter yang dimiliki Rasul yaitu sifat dapat dipercaya atau bertanggung jawab. Beliau jauh sebelum menjadi Rasul pun sudah diberi gelar  al-Amin  (yang dapat dipercaya). Amanah inilah yang dapat mengangkat posisi Nabi di atas pemimpin umat atau Nabi-Nabi terdahulu. Pemimpin yang amanah yakni pemimpin yang benar-benar bertanggungjawab pada amanah, tugas dan kepercayaan yang diberikan Allah swt. Yang dimaksud amanah dalam hal ini adalah apapun yang dipercayakan kepada Rasulullah saw. meliputi segala aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, maupun agama.[3]

Sifat amanah inilah yang dapat mengangkat posisi Nabi di atas pemimpin umat atau Nabi-Nabi terdahulu. Pemimpin yang amanah yakni pemimpin yang benar-benar bertanggung jawab pada amanah, tugas dan kepercayaan yang diberikan Allah SWT. Dimaksud amanah dalam hal ini adalah apapun yang dipercayakan kepada Rasulullah saw. meliputi segala aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, agama, dan pendidikan. Sifat amanah yang ada pada diri Nabi Muhammad saw. 

Memberi bukti bahwa beliau adalah orang yang dapat dipercaya, karena mampu memelihara kepercayaan dengan merahasiakan sesuatu yang harus dirahasiakan dan sebaliknya selalu mampu menyampaikan sesuatu yang seharusnya disampaikan.[4]

Sifat amanah ini berarti juga jujur dalam menunaikan tugas-tugas kerasulan, dengan tidak menutup-nutupi wahyu yang diturunkan, Artinya Nabi tidak sekedar menyampaikan yang menguntungkan dan tidak menyampaikan yang merugikan diri beliau sendiri. Sifat amanah yang ada pada diri Nabi Muhammad saw. Begitu kuatnya, hingga apapun yang dilakukannya hanyalah semata-mata berasal dari perintah Allah untuk umatnya. Kemiskinan yang beliau alami adalah sebagai bukti bahwa beliau benar-benar hanya memikirkan tugasnya untuk berdakwah (mendidik) umatnya.

 Beliau tidak pernah takut kemiskinan, karena semenjak menjadi Rasul keseluruhan hidupnya hanya untuk menyebarkan syiar Islam yang telah menjadi amanahnya. Sifat amanah Rasulullah saw. seperti sifat-sifatnya yang utama yakni lengkap dan sempurna dan banyak bukti-buktinya antara lain:

Tidak diragukan lagi bahwa tugas yang luhur yaitu menyebarkan risalah yang dipercayakan kepada beliau oleh Allah yang dibebankan ke atas pundaknya. Rasulullah saw. telah menyampaikan risalah itu dengan sebaik-baiknya dan rela menderita dalam melaksanakan risalah itu dengan menghadapi penderitaan yang berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun