Mohon tunggu...
Adi Ankafia
Adi Ankafia Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Freelancer

Euphemia Puspa Tanaya Jasmine

Selanjutnya

Tutup

Film

Tafsir Cinta di Usia 30+ dalam My Big Fat Greek Wedding (2002)

20 Februari 2019   13:44 Diperbarui: 21 Februari 2019   13:20 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
My Big Fat Greek Wedding (Sumber Gambar : fanart.tv/movie

Sebenarnya saya agak bingung hendak memulai tulisan ini dari mana. Tapi, ijinkan saya mencoba menggambarkan pergumulan (konflik) batin yang dialami oleh laki-laki dan/atau perempuan yang pernah gagal dalam urusan asmara dimasa remaja --katakanlah- usia 20 sampai 25 tahun-an dan kemudian merasa minder atau takut atau bahkan sebagian merasa bosan mencoba kembali mengenal dan/atau mencari pasangan. Waktu yang ada dimanfaatkan lebih untuk menggali potensi diri dengan menjajal karir yang diidamkan, atau sebagai freelancer, berkumpul dengan teman-teman, traveling, membaca, nonton film, dan semua hal tentang membahagiakan diri sendiri tanpa direcoki rutinitas --sebut saja- kencan.

Seiring berjalannya waktu, gairah itu muncul kembali di usia 30+. Bukan oleh sebab dikejar target untuk segera memiliki jenjang hidup berumahtangga. Karena sesuatu yang dilandasi oleh keputusan yang terburu-buru kadang mengelabui akal sehat. Menjadi bias antara mengambil keputusan yang sesuai hati dengan mengambil keputusan oleh sebab desakan-desakan orang di sekitar. Akan tetapi bertemu dengan orang atau pasangan yang memantik gairah hidup yang tidak diduga-duga darimana arah datangnya.

My Big Fat Greek Wedding menggambarkan tentang pasangan yang saling menemukan di usia 30+. Konflik perbedaan latar belakang budaya menjadi bumbu penyedap yang menghidupkan film bertema keluarga dan komedi romantis ini.

Pada tahun 2002, saya sebenarnya sudah pernah menonton film besutan sutradara Joel Zwick yang terilhami oleh kisah pemeran utama film, Nia Vordalos. Akan tetapi saat itu saya masih belum bisa menangkap esensi dari cerita yang disampaikan. Saya masih terlalu ingusan untuk memahami permasalahan yang cukup complicated yang melibatkan keluarga... apalagi terkait pernikahan. Setelah kemarin saya membaca review dari Kompasianer bernama Yus R. Ismail, saya tertarik untuk menontonnya kembali melalui jaringan internet.

Mungkin penafsiran saya tentang My Big Fat Greek Wedding agak berbeda atau bisa jadi sedikit sama.

Dikisahkan seorang perempuan Yunani tulen bernama Fotoula "Toula" Portokalos (diperankan oleh Nia Vordalos) membuat keluarga besarnya khawatir. Pasalnya, di usia yang sudah 30 tahun dia masih jomblo, urung menemukan tambatan hati yang layak untuk dinikahi dan mulai menunjukkan gejala tidak tertarik mencari pasangan hidup. Ayahnya, Gus Portokalos (diperankan oleh Michael Constantine) selalu mendesak Toula agar segera menikah. Ayahnya memiliki kebijakan yang cukup kaku terkait calon suami Toula, yaitu --salah satunya- harus keturunan Yunani asli. 

Bagi ayahnya, orang yang bukan Yunani disebutnya sebagai "xeno", yang artinya "asing". Ayahnya menginginkan Toula menikah dengan laki-laki Yunani dan melahirkan banyak bayi Yunani. Ibu Toula, Maria Portokalos (diperankan oleh Lainie Kazan) sebenarnya tidak menyukai kebijakan suaminya dan diam-diam mendukung semangat emansipasi yang tertanam pada jiwa Toula.

Toula memiliki seorang kakak perempuan, Athena Portokalos (diperankan oleh Stavroula Logothettis) yang berparas cantik dan berkepribadian menarik yang sudah memiliki suami dan 3 anak. Keseharian Toula dihabiskan di restoran keluarga bernama Dancing Zourba's sebagai --kurang lebih- pramusaji sekaligus merangkap sebagai kasir. Di restoran yang menyajikan kuliner Yunani tersebut, adik laki-lakinya, Nikko (diperankan oleh Louis Mandilor) memiliki tugas utama sebagai koki.

Suatu ketika, bibi Toula, Voula (diperankan oleh Andrea Martin) yang memilki ide agar Toula yang mahir di bidang computer science bisa mengurus salah satu jaringan bisnisnya di bidang travel agen.  Ayah Toula menyetujuinya. Dari sini, Toula mulai merubah penampilannya. Toula menjadi lebih percaya diri dan mulai bisa membuka pergaulan dengan orang lain.

Toula bertemu kembali dengan laki-laki yang membuatnya tertarik yang sempat mampir sarapan di restorannya beberapa waktu sebelumnya, Ian Miller (diperankan oleh John Corbett). Ian bekerja sebagai guru sekolah menengah atas (SMA). Toula dan Ian mulai saling mengenal dan membangun hubungan yang serius. Dari sini konflik dimulai. Ian yang keturunan Italia pada awalnya tidak bisa diterima oleh keluarga Toula. Ian yang seorang vegetarian dianggap aneh oleh sebagian keluarga Toula, karena vegetarian tidak makan daging. Justru konflik dengan latar belakang budaya dan keluarga yang berbeda membuat film ini menarik. 

Bagaimana usaha Ian agar bisa diterima oleh keluarga Toula ditampilkan dengan komedi yang pas dan tidak berlebihan, meski sebagian tampak sudah umum, seperti ketika Nikko dan sepupunya, Angelo (diperankan oleh Joey Fatone) mengerjai Ian agar mengucapkan salam dalam bahasa Yunani yang jika diterjemahkan dalam bahasa Inggris bermakna saru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun