Mohon tunggu...
Alif Bengkok
Alif Bengkok Mohon Tunggu... -

Jika kau mendengan sesuatu yang baik tentang ku, maka itu layak diragukan... jika kau mendengar sesuatu yang buruk tentang ku, maka itu berkemungkinan benar...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Njunjung" Cahaya

26 Mei 2018   19:39 Diperbarui: 26 Mei 2018   21:39 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" iya Mbah maaf.... " jawab saya sambil tertunduk.

" Tapi kalau tafsir mu baru sampai situ ya lumayan lah sudah jauh diatas rata-rata kamu, se ndak nya sekarang kamu sudah sadar dengan berkah ilmu, hidup mu ndak akan pernah mati gaya, jauh lebih indah dan nikmat hidup miskin tapi penuh amal, daripada kaya raya tapi mati gaya trus lampias nya bukan amal malah keserakahan, hampir rata lho sekarang yang begitu dan lowongan jadi Brandal Lokajaya ndak ada yang isi, kamu ndak minat tho?" timpal Mbah Nur.

"tadinya minat Mbah, tapi tak kalkulasi lagi, kalau dulu orang kaya sehabis kerampokan mereka pada mikir, kalau sekarang orang kaya sehabis kerampokan serakah nya malah makin menjadi - jadi, jadi ya lebih baik ndak ada yang isi tho Mbah lowongan itu, daripada tambah bikin susah wong cilik... " timpal saya sambil tersenyum.

"halah bisa ajah kamu,... dulu, sekarang, kan sama saja, Ya sudah yang kedua apa?"

"yang kedua, kenapa Sekuler Mbah... ?!" tanya saya.

"kalo itu amanat undang - undang Di, maksudnya gini lho, kan setiap orang bebas berdaulat menentukan kepercayaan nya, kalo ndak Sekuler ya berati ndak bebas tho! Kecuali posisi nya sudah meresahkan masyarakat, sudah memaksakan pendapat, sudah mengganggu ketertiban umum, atau berpotensi menimbulkan konflik, kalau sudah begitu baru boleh lah diambil tindakan " jawab Mbah Nur.

"bener juga sih Mbah, tapi kalau begitu kan potensi ketersesatan malah makin besar tho!?" timpal saya.

"Kamu ingat ndak pas kamu baru awal-awal ngojek dulu,...?" tanya Mbah Nur.

"yang mana ya Mbah...? "

" itu lho yang kamu dapat order dari stasiun pasar minggu ke bekasi, sampai sana batre mu habis dan kamu nggak tau jalan pulang " Mbah Nur mencoba mengingatkan.

" ohh iya iyaa inget Mbah, waktu itu saya nanya setiap 300 meter, tapi malah tambah bingung, akhirnya jalan ngikutin plang, malah tambah nyasar, akhirnya ya sudah, jalan sejalan jalannya, tau-tau saya nyampe pancoran, abis itu tinggal lurus ke Ragunan... Tapi ngomong - ngomong si Mbah meratiin saya juga ya " timpal saya sambil sumringah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun