Mohon tunggu...
Adhyra Irianto
Adhyra Irianto Mohon Tunggu... Seniman - Penulis, seniman teater (tingkat kecamatan)

Penulis magang dan seniman tingkat kecamatan. Freelancer dan full time blogger.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebut "PKI Kejam" dalam Puisi, Taufik Ismail Diusir

20 April 2016   01:15 Diperbarui: 20 April 2016   01:18 1607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber : pojokseni.com"][/caption]Ada kejadian unik dalam acara Simposium Nasional bertajuk Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan" di Hotel Aryaduta, Jakarta, tanggal 18 - 19 April 2016.

Seorang penyair kenamaan, Taufik Ismail yang membaca puisi pada hari kedua acara tersebut, menyebut bahwa Komunis dan Partai Komunis Indonesia (PKI) kejam lewat bait puisinya.

"Program ekonomi diseluruh negara komunis tidak ada satupun yang berhasil. Mati kelaparan, bergelimpangan di jalan-jalan," bait dari puisi yang dibacakan Taufik Ismail.

Sontak saja, peserta kegiatan tersebut langsung menyorak, mencemooh dan meminta Taufik Ismail berhenti membacakan puisinya. Menurut sebagian besar peserta Simposium tersebut, Taufik Ismail tidak sedang membaca puisi, melainkan memprovokasi.

Awalnya, Taufik Ismail berteriak meminta waktu untuk menyelesaikan pembacaan puisinya. Namun, gelombang protes dari peserta semakin kencang. Taufik Ismail juga sempat menyatakan akan mempersingkat pembacaan puisinya.

"Saya persingkat, saya persingkat," kata Taufik Ismail berulang-ulang.

Puncaknya, ketika Taufik Ismail membacakan bait yang berbunyi ;

"Sebabnya adalah mereka membantai bangsanya sendiri, mereka membantai bangsanya sendiri. Di Indonesia Pertamakali di bawa oleh Musso, di bawa Musso. Di Madiun mereka mendengarkan pembantaian".

Gelombang protes semakin keras, sampai akhirnya MC acara mengambil alih microphone untuk menenangkan. Setelah itu, Taufik Ismail langsung berlalu, namun tetap diiringi teriakan dan cemoohan dari peserta rapat.

Tulisan ini juga dimuat di pojokseni.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun