Mohon tunggu...
Nova Adhi
Nova Adhi Mohon Tunggu... Atlet - Lajang

asu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Membongkar Ciri-ciri dan Kondisi Psikologis Para Haters dan Bullying di Media Sosial

12 November 2019   13:28 Diperbarui: 12 November 2019   13:47 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

1. Adanya pemisahan identitas diri

Ketika berinteraksi di dunia nyata, kita memiliki norma dan aturan yang mempengaruhi cara kita bersikap. Cara berbicara kita dengan guru, orang tua, teman sebaya, teman yang lebih tua dari kita atau pacar kita sendiri tentu saja berbeda. Dalam diri kita sendiri pasti memikirkan apakah ucapanku pantas dikatakan untuk saat ini? Dan kita bertanggung jawab atas identitas diri dan citra diri kita di depan orang lain.

Namun di dunia maya kita menjadi 'anonymous', kamu tidak mewakili siapapun dan kamu bisa menjadi siapapun yang kamu mau. Kamu tidak bertanggung jawab dengan identitasmu saat ini, toh kamu bisa menjadi seorang pengamat politik tanpa ada orang yang menanyakan pengalaman bekerjamu di dunia politik. Bisa menjadi ahli agama tanpa ada yang mempermasalahkan tingkat pendidikanmu dan siapa gurumu.

Fenomena ini disebut dissociative anonymity. Ketika berinteraksi di medsos, seseorang melepaskan identitasnya di dunia nyata. Makanya tidak heran, ketika seseorang mengunggah pesan jahat dan mengandung unsur penghinaan di medsos, ketika ditanya secara langsung, dia tidak akan mengakui perbuatannya.

2. Karena kamu tak terlihat (invisibility)

Ketika berbicara dengan orang lain secara langsung, keadaan dirimu langsung diamati, seperti penampilanmu, gerakanmu (gesture), ekspresi wajah, dan intonasi suara. Di dunia nyata, ekspresi seseorang, gestur, dan intonasi suara bisa  memperlihatkan suasana hati seseorang. Kamu bisa menebak, apakah dia sedang bercanda atau marah, bahagia, atau sedih.

Tapi hal ini tidak terjadi di dunia maya, tidak ada yang tahu suasana hatimu saat itu, ekspresi wajahmu ataupun perilakumu pada saat itu. Karena tidak ada yang melihat atau lebih jelas tak terlihat, kamu tidak menyadari apakah unggahanmu menyakitkan ataukah mendapatkan persetujuan dari orang lain. Kamu menganggap internet adalah tempat aman menuangkan ekspresi kita, kamu menganggap tak ada yang mengenalmu, jadi kamu merasa aman dengan kiriman atau curahan hatimu.

3. Jangan terlena di dunia maya

Punya banyak followers di Instagram ataupun Twitter? Punya banyak teman di Facebook? Setiap postingan mendapatkan banyak like dan komentar, apakah itu membuatmu bangga? Dunia internet menawarkan tempat perlindungan aman yang menawarkan mimpi-mimpi bagi penggunanya. Apakah kiriman seseorang di medsos merupakan kejadian sebenarnya? Bisa iya dan bisa tidak, atau bisa jadi hanya khayalan semata.

Dengan cara kamu mengirim postingan muatan kebencian, hinaan terhadap satu tokoh, apakah kamu akan dikatakan pemberani ataukah kamu akan menjadi pahlawan? Lalu, apakah dengan memposting sedang berada di hotel bintang 5, makan di resto mewah akan membuatmu dipandang borjuis?

Internet menawarkan kenyamanan dan khayalan tanpa batas. Jangan sampai kamu tergelincir dengan khayalanmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun