Mohon tunggu...
Adhin Busro
Adhin Busro Mohon Tunggu... -

Seorang blogger yang menyukai ilmu dan hikmah spiritual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Mengharukan, "Badai Pasti Berlalu"

31 Januari 2014   21:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:17 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pas, Pak Amat sudah tidak nampak seketika hujan berhenti, dan Zul melanjutkan perjalanan pulang dengan sejuta pertanyaan di benak Zull. Sepertinya ada yang aneh, batin Zul.
"Ah sudahlah, saya harus cepat sampai dirumah, kasihan istri pasti sudah nunggu"

Sesampainya di rumah
"Maaf mah, papa tadi kehujanan"
"Masak sih pa, disini tidak hujan kok, lagian khan musim kemarau"
"Tau nih mah, namanya juga Jakarta, musimnya gak jelas"
"Pah" Kata istrinya lirih sekali
"Maafin mamah, dirumah sudah tidak ada apa-apa. Tinggal ini pa" Kata istrinya menyerahkan ubi rebus 1 potong. Zul tidak tahu bahwa ubi rebus itu di beli setelah istrinya memulung beberapa kilo barang bekas kemudian di jualnya. Duitnya buat beli ubi yang cukup hanya untuk 1 potong saja.

"Makan gih pah"
Zul tergelak, menelan ludah, memang benar rumah kontrakannya kosong melompong. Duit sudah habis-bis.

"Buat mama saja, papa sudah makan tadi" Kata Zul berbohong
"Mama tahu papa belum makan, makanlah"
"Buat kamu mah, khan mama sedang hamil"
"Ya sudah kita potong menjadi dua ya pah"
Lagi-lagi Zul tergelak menelan ludah, kemudian menghela nafas panjang.
"Papa minta maaf Mah, papa yang salah, papa suami yang tidak bertanggung jawab, harusnya papa tidak membiarkan mamah seperti ini" Lagi-lagi Zul berkaca-kaca. Terasa begitu berat beban hidupnya

Sepasang suami istri berpelukan saling menumpahkan perasaan membuncah. Kesedihan, penderitaan, cobaan, kemiskinan dll menjadi satu.
..................................................................................................................

Malam menjelang pagi sekitar Pukul 2:30 dini hari. Seperti biasa malam yang cukup dingin di langit kota bogor...
"Aduuh..." Istri Zul mengerang memegang perutnya. Sepertinya ada keluhan seputar kehamilannya yang menginjak hampir 8 bulan
"Pah, perut mama sakit"
"Mah, kenapa mah?" Zul terbangun mendengar rintihan istrinya, dan panik melihat keadaan istrinya
"Perut mamah Pah" Aduuhhh sakit pah" Istri zul merintih menahan sakit... Darah segar keluar dari balik celana istri Zul...
Kaget bukan kepalang.. Bukan main paniknya Zul.. hatinya kacau balau, sebuah perasaan takut, kawatir yang sangat hebat.... Ini calon bayi pertama Zul, ZUl tidak mau kehilangan istrinya dan anak yang sudah sangat lama ditunggu kehadirannya. Ini juga salah Zul yang kurang memperhatikan gizi calon anaknya. Bagaimana mau memberikan asupan gizi yang baik?? Pakai apa??? Daun????

Ya Allah, Astaghfirullah... Allah Allah....

Zul tak henti-henti menyebut nama Tuhan. Zul. Zul mengadu, merengek, dan memohon kasih sayang_Nya..

"Mah, tunggu 5 menit ya? Papa mau ke bidan Suni di sebrang"
"Cepetan Pah, mama gak kuat.."
Buru-buru zul keluar rumah, dia berlari tidak sempat membawa motornya. Lagian jarak rumah bidan hanya sekitar 300 meter dari rumahnya. Bidan yang selama ini membantu cek kehamilan istrinya Zul.. Zul berlari sekuat tenaga tidak memperdulikan apapun. Yang dipikirkan adalah keselamatan istri dan bayinya..
"Buuuuu, Assalamualaikum, Bu Bidaaan" Berkali-kali Zul berteriak dan menggedor pintu Bu Bidan Suni sampai akhirnya Bidan Suni keluar rumah dengan mata masih kelihatan mengantuk..
"Bu Istri saya Bu, tolong ke rumah" Belum sempat Bu Bidan Suni bicara Zul sudah nyela duluan...

Kemudian...
Bu Bidan Suni memeriksa kandungan Istri Zul
"Istri kamu kelelahan Zul, Ibu sudah berikan obat penenang dan pereda sakit, kamu harus perhatikan gizi istrimu. Juga istrimu perlu istirahat"
"Iya Bu Terimakasih banyak Bu, ngomong-ngomong maaf Bu Bidan Suni, kasbon ya???
"Iya" Nampaknya Bu Bidan Suni paham betul kondisi keuangan Zul
Selepas mengantar kepulangan Bu Bidan Suni, Zul kembali ke kamar dan melihat istrinya tertidur. Bu Suni sudah menyuntikkan obat penenang nampaknya. Ternyata istrinya kelelahan...
Zul melihat istrinya dan perutnya yang sudah membesar.... Lagi-lagi air mata zul tak kuasa ditahan... Sebuah perasaan campur aduk menghentak-hentak dadanya Zul...

Lagi-lagi diatas langit. Malaikat berkerumun dan berdesak-desakan melihat drama yang terjadi di rumah Zul. Menanti keajaiban yang terjadi setelahnya. Doa para malaikat meluncur deras, agar Zul diberi ketabahan. Karena pasti Allah akan memberikan ganjaran atas ketabahannya...
.....................................................................................................................

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun