Panda Merah Efek Toxic Parenting?
Premis dasar dari film ini berpusat pada Meilin "Mei" Lee (Rosalie Chiang) yang berusia 13 tahun, seorang siswi yang selalu belajar dengan keras dan berusaha menjadi anak teladan bagi orang tuanya.Â
Dia tidak pernah mengecewakan orang tuanya terutama sang ibu, dan dia terus-menerus mengorbankan keinginannya untuk keluarganya, meyakinkan dirinya sendiri bahwa keluarganya didahulukan dari hal lain.Â
Rasa sayang sang ibu dan kekhawatirannya yang berlebihan terhadap putri semata wayang ini terkadang menjadi "toxic parenting". Tentu ada trauma dari sang ibu yang menjadi penyebab gaya pola asuhnya ke Mei menjadi seperti itu.Â
Ketika ibunya mempermalukannya Mei di depan teman-teman sekelasnya, Mei menemukan kutukan aneh yang mengalir di keluarganya: setiap kali dia merasakan emosi yang kuat, dia berubah menjadi panda merah raksasa.Â
Tapi semangat panda merah yang dipicu secara emosional bukanlah kutukan yang pertama kali terlihat. Sepanjang film, Mei menemukan dirinya yang sebenarnya melalui semangat panda merahnya dan melepaskan kepribadian yang dibuat oleh ibunya untuknya. Pesan umum Turning Red untuk audiens yang lebih muda adalah tentang tumbuh dan menemukan diri sendiri terlepas dari harapan orang tua.Â
Ini adalah pesan yang kuat yang telah menyebabkan kontroversi karena banyak orang tua tidak setuju dengannya. Melalui perjalanan menemukan dirinya dalam film, Mei memberontak terhadap orang tuanya, mendapat nilai buruk dan kebohongan, yang membuat film tampak seolah-olah mendorong anak-anak untuk melakukan perlawanan ke orang tua.Â
Trauma Generasi
Namun, orang tua yang percaya bahwa itulah inti dari film ini kehilangan tema cerita yang sebenarnya. Turning Red menangani trauma generasi, khususnya dalam keluarga imigran, dan pesan umum tentang tumbuh dewasa hanyalah salah satu segi dari tujuan film tersebut. Pada kenyataannya, moral cerita Turning Red dimaksudkan untuk orang tua daripada anak-anak mereka.
Sementara Mei belajar bahwa dia tidak diharuskan menjadi gadis sempurna seperti keinginan ibunya, Ming. Ketika Ming mengalami kesulitan mengendalikan panda merahnya sendiri, Meilah yang menghiburnya dan memberi tahu ibunya bahwa dia sudah cukup dan menerima ketidaksempurnaannya.Â
Bersama-sama, mereka belajar bahwa mereka lebih mirip daripada yang mereka kira semula. Seiring waktu, Ming menyadari bahwa dia berusaha menjadi anak perempuan yang "sempurna" padahal kenyataannya dia hanya menanggung beban tekanan ibunya.
Peran Pendidikan Emosi dalam Pola Asuh
Di akhir film, Ming dan Mei berdamai dan Ming belajar bagaimana melonggarkan cengkeramannya pada Mei, sementara Mei mulai benar-benar menikmati menghabiskan waktu bersama keluarganya tanpa tekanan dari harapan Ming.Â