Mohon tunggu...
adhelia syifana
adhelia syifana Mohon Tunggu... -

kebahagiaan itu tidak dicari jauh,berusaha menerima yg ada &tidak memaksakan yang tiada ......... berusaha mengahargai yang ada &tidak menangisi yg tiada.......

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menikah dengan Orang yang Kau Cintai Vs Mencintai Orang yang Kau Nikahi

24 Februari 2010   09:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:45 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suatu kali seorang teman bertanya
kepada saya:

“ ada 2 pilihan untukmu.


  1. Menikah dengan orang yang kau cintai
  2. mencintai orang yang kau nikahi


Mana yang kau pilih?”

Saat itu spontan saya memilih yang
kedua: mencintai orang yang saya nikahi (menikahi saya).
“Kenapa?”
Hhm… iya ya, kenapa?
Sebab jodoh adalah hal yang pasti,
meski masih menjadi misteri bagi orang-orang yang belum menemukannya.
Sedangkan mencintai adalah hal yang berbeda.

Mencintai seseorang saat belum ada hak atasnya, bagaikan menggenggam bara.

Jika Allah berkenan menjadikannya pendamping seumur hidup,

maka bara itu akan menjelma menjadi energi untuk meciptakan kebersamaan yang indah. Tetapi, jika Allah tidak berkenan mempersatukan, bara itu akan membakar,

dan bisa jadi menghanguskan diri sendiri.Lebih dari itu, pilihan kedua rasanya lebih aman dari berbagai penyakit hati,yang bisa jadi mengotori niat suci menikah karena Allah.
Itu jawaban saya saat itu. Tetapi,beberapa jenak setelah itu, saya termenung, mencoba berfikir lebih dalam dan menyelami jauh ke dalam lubuk hati. Lalu, saya pun
meneruskan pertanyaan itu ke temen saya yang lain.
Dan dia menjawabnya sama dengan jawaban saya.
Tetapi, saya ragu atas jawaban itu,benarkah begitu?
Pilihan pertama, menikah dengan orang yang saya cintai, mengalirkan energi dan semangat untuk meraih sesuatu yang menjadi dambaan hati. Dan tentu adalah hal yang sangat menyenangkan bisa berdampingan dengan orang yang dicintai, tidak ragu
mengumumkannya kepada public, tidak malu mengekspresikannya, sebab
cinta itu sudah dilegalkan.
Pilihan kedua, mencintai orang yang saya nikahi, hhmm… pasrah, menerima nasib. Ah tidak, saya menterjemahkannya menjadi bentuk syukur kepada-Nya. Sebab apa yang
telah Allah pilihkan untuk kita, tentu itulah yang terbaik. Maka,kenapa tidak memaknai rasa syukur itu dengan mengupayakan cinta,menumbuhkan dan merawatnya.
Bukankah jika saat ini saya mencintai seseorang (padahal belum ada hak saya atasnya), itu tidak tumbuh begitu saja? Ada masa-masa, ada hal-hal, ada peristiwa yang membuat
saya mencintainya. Lalu, kenapa hal-hal itu tidak bisa ditumbuhkan
kepada orang yang sudah Allah pilihkan untuk saya?

Tetapi, sekali lagi, betapa menyenangkan jika yang pertamalah yang menjadi pilihan, menikah dengan orang yang saya cintai, sebagaimana Fathimah yang menikah
dengan Ali, sebagaimana Khadijah yang menikah dengan Muhammad.
Tetapi, kalaupun akhirnya Allah memilihkan orang yang lain, maka pilihan kedua pun bukan hal yang tidak menyenangkan. Tidak ada yang tidak mungkin. Sebab cinta memang
harus diupayakan.Bagaimana dengan anda? Apakah akan menikah dengan orang yang anda cintai,atau akan mencintai orang yang anda nikahi?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun