Mas Akbar mengaku, yang menjadi pembeda antara jamunya dengan jamu lain adalah dari racikannya. Mas Akbar meracik sendiri jamunya. Ciri khas jamunya karena berasal dari rempah-rempah pilihan super lengkap. Semakin pahit jamu semakin berkhasiat. Di situ letak istimewanya.
Rempah-rempah pilihannya didatangkan langsung dari Solo, dikirim melalui jasa ekspedisi, Indah Cargo. Sebab, beberapa rempah pilihannya tidak ada di Mamuju. Yanga ada hanya Jahe dan Beras Kencur.
Ia mengaku, pernah meneliti tumbuhan Kunyit dan Temulawak. Kedua tumbuhan tersebut ternyata baik dipanen jika tumbuhannya sudah mati. Entah itu dipengaruhi faktor cuaca seperti kemarau dan penghujan.
"Jenis Kunyit dan Temulawak yang baik berasal dari tumbuhan yang sudah mati. Sedangkan di Mamuju tidak pernah mati karena tidak ada musim kemarau dan musim penghujan. Saya pernah tanam Temulawak dan Kunyit di sini tidak pernah mati. Sehingga khasiatnya beda dengan yang kita panen di Jawa, makanya saya suka pesan dari sana," papar Mas Akbar.
Beberapa rempah-rempah jamu yang dijualnya antara lain, Jahe, Jahe Gula Merah, Serei, Kayu Manis, Cengkeh, Beras Kencur, Dawung, Adas, Kapulaga, Sambiloto, Daun Brotowali, Lempuyang, Kunyit, Temulawak, Sirih, Kunyit Asem dan Jeruk Nipis.
"Khasiatnya beda-beda. Harganya variasi, Mulai Rp 5 ribu hingga Rp 20 ribu sekali minum," tandasnya.
Dalam rilisnya, Plt Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Arianti Anaya mengajak warga mengonsumsi imunomodulator yang berasal dari tanaman-tanaman obat asli Indonesia.
Ia menambahkan, sudah menjadi tugas Kemenkes untuk mengedukasi masyarakat dan tenaga kesehatan agar lebih yakin dan mencintai OMAI produksi dalam negeri.
"Kalau pandemi ini berkepanjangan, tentu akan lebih bagus mengonsumsi obat herbal yang bahan bakunya dari dalam negeri," tandasnya.