Mohon tunggu...
Adhe Junaedi Sholat
Adhe Junaedi Sholat Mohon Tunggu... Buruh - Memahamimu. Memahamiku

Catatan pendek dari pikiran panjang

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tersimpan dalam Ingatan, Terpelihara dalam Kenangan

27 Juni 2021   13:35 Diperbarui: 27 Juni 2021   14:07 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penulis saat berada di Hutan Pinus Malino, Sulsel

Memilih hidup menjadi penulis memang berat. Salah satunya dari sekian banyak faktor adalah harus tetap menulis. Menulis semua yang tampak dan tidak tampak oleh panca indera: apa yang dilihatnya, apa yang disentuhnya dan apa yang diciumnya. Begitulah para penulis bekerja dan membunuh kekosongan duniawinya.

Ia tidak pengin lama-lama menyimpannya dalam kepala. Ia ingin jika semua, baik yang dikenalnya maupun tidak, membaca apa yang ia tulis---apa yang ia rasa. Oleh itu, dengan hormat (bukankah kita gila hormat?) teruslah merasakan napas tulisan ini sampai kata terakhir, sebab ada hal yang sengaja saya tulis dan seharusnya tidak kamu lewatkan begitu saja.

Mungkin beberapa orang tak pernah menyangka memiliki pasangan hingga hari tuanya. Berbagi penghasilan membayar cicilan rumah tangga, cerita setiap hari dan menertawakan hal-hal konyol bersama. Sebuah pasangan, entah dia yang memiliki atau dimiliki, seharusnya tak terkurung dan jauh dari apa yang menjadi keinginannya; cita-citanya. Saling mendukung menjadi seseorang yang lebih bahagia, dengan pengetahuan-pengetahuan baru, dengan pengalaman-pengalaman baru, dengan kawan-kawan baru, adalah sesungguhnya inti dari saling memiliki itu.

Seringkali seseorang berubah setelah ia memiliki pasangan. Bukan hanya pasangan itu, orang yang pernah dekat dengan mereka juga. Waktu mereka dalam hubungan sosial satu sama lain, nyaris hilang. Tak ada lagi tegur sapa, nangkring di cafe dan menertawakan aib masa lalu. Tujuan memiliki pasangan tentu bukan agar masuk lapas dan patuh tata tertib. Memiliki pasangan untuk mendapat pintu masuk bagi pengalaman dan pengetahuan baru.

Saya sangat senang dengan hidupku yang sekarang. Sangat tenang seperti saya mencintai ketenangan itu sendiri. Setiap pagi, saya selalu membayangkan berada dan terlelap di belukar khas pegunungan. Mendengar gemercik air mengalir di dangkal sungai. Melihat sawah hijau yang harum, kerbau di lumpur, pepohonan asri, daun-daun dan butir embun. Saya membayangkan berada di sana, berdua. Hanya berdua. Kelak pun saya membayangkan salah satu di antara kami akan kembali membawa secercah harapan kepada siapa saja.

Perjalanan hidup ini akan terus berada dalam ingatan, terpelihara dalam kenangan. Suara-suara itu akan terus menggema di angkasa. Kelak di waktu yang tepat, entah dengan siapa dan dalam rangka apa, saya akan kembali mengingat semua itu. Saat berlagak menjadi anak kecil, padahal usia sudah tidak lagi muda. Ketika masih meminta uang ibu dengan alasan malas ke ATM. Harus bangun dari tidur dengan muka yang acap arut karena mau pipis sepertiga malam dan hal-hal lain yang terlalu lucu untuk ditertawakan. Ah, betapa singkat hidup ini, kawan -- sedangkan saya belum berbuat apa-apa. Tubuh pun tidak lagi sekuat dulu. Semakin usia bertambah, mental dan fisik malah ikut semakin rapuh.

Setidaknya sudah dua dokter yang sarankan saya tidak makan sembarangan lagi. Tetap kontrol jam tidur, kurangi kopi dan di waktu senggang sempatkan olahraga. Saran dokter itu lantas membuat saya sadar, ada hal-hal yang dulu kita sukai, kita nikmati, kini tak bisa lagi. Padahal, sewaktu masih remaja dan belum serius pada satu hidup, saya bisa makan apa saja, minum apa saja, tanpa harus khawatir bakal sakit kepala, sakit perut karena asam lambung naik setelah itu. Saat masih mahasiswa pun saya nyaris setiap malam bisa makan pedes.

Bertambahnya usia membuat kita juga memahami, tak semua orang bisa tetap konsisten pada apa yang pernah dibanggakannya. Berat badan berubah, panca indera tak lagi berfungsi baik, helai rambut mulai berkurang dan pertemanan ikut menipis. Betapa pun upaya dilakukan agar semua tetap bertahan, waktulah yang bakal menang. Merenggut semua hingga puing terakhirnya.

Akhirnya, sampailah kita pada penghujung napas tulisan ini. Semoga di antara satu pemirsa yang sudah menghabiskan waktunya membaca tulisan ini, punya niat, kelak berkunjung ke makam orang-orang yang kita kasihi. Menangis di sana dan memberi hormat padanya atas semua kebaikan yang pernah diwarisinya.

Adhe Junaedi Sholat

Mamuju, 27 Juni 2021.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun