Mohon tunggu...
Adhan Efendi
Adhan Efendi Mohon Tunggu... -

Seorang Mahasiswa yang berjuang di Jurusan Pendidikan Teknologi Kejuruan, bercita-cita menjadi dosen, penulis buku dan riset di bidang pendidikan.. memiliki impian untuk dapat melanjutkan kuliah dan membahagiakan kedua orang tua motto hidup " Kami Adalah Pahlawan Dunia Pendidikan Masa Depan "

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Solo Technopark dalam Mengurangi Angka Pengangguran Negeri Ini

1 Juni 2016   10:16 Diperbarui: 1 Juni 2016   10:28 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“hidup ini butuh perjuangan, bukan menerima saja

Drs. Sukoco. M.Pd.- Solo Technopark”

Berikut kutipan sambutan bapak dosen pembimbing Prodi Pendidikan Teknologi Kejuruan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta dalam kunjungan studi laboratorium di Solo Technopark (STP) dan ATMI Sukarta. Kunjungan ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat melihat sisi kreatif yang dikembangkan lembaga vokasional dan kejuruan dalam mengurangi angka pengangguran serta belajar memahami tentang perkembangan teknologi.

Perkembangan dan penggunaan teknologi bertujuan untuk membantu kerja manusia menjadi lebih efektif dan efisien. Jika tidak membantu lebih efektif dan efisien artinya perkembangan teknologi dinilai gagal.Perkembangan teknologi juga menuntut bangsa ini untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) karena kemajuan bangsa juga akan sangat tergantung bagaimana kualiats SDM. Masalah terbesar negeri ini salah satunya yaitu masih tingginya angka pengangguran, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 7,56 juta jiwa. Hal yang membuat kita bersedih dan berfikir lebih jauh bagaimana mencari solusi terbaik dalam mengurangi angka pengangguran di negeri ini.

Berawal dari masalah pengangguran yang menjadi momok paling menakutkan negeri ini, kota Solo yang dijulukin kota vokasimerintis sebuah lembaga pelatihan yang bertujuan memberikan kompetensi (keahlian) kepada masyarakat agar mereka dapat diterima berkerja atau membuka home industryberbasis kearifan lokal untuk membangun masyarakat dalam mengurangi angka pengangguran.

Banyak hal yang membuat saya kagum tentang bagaimana kota ini begitu peduli akan masalah pengangguran. Melihat sejarah Solo Technopark dimulai tahun 1995 (berawal dari banyak kerusuhan karena banyaknya pengangguran sehingga di inisiasi untuk mengumpulkan perwakilan SMK dan ATMI),

Tahun 1995-1998 (dikumpulkan pemuda dan masyarakat untuk mengikuti pelatihan)

Tahun 1998-2001 (membangun jaringan dengan UNS, ITB dan IGI Jerman)

Tahun 2001-2002 (mendirikan lembaga pelatihan untuk mengurangi pengganguran di bantu IGI dan pemerintah kota Surakarta)

Tahun 2002-2006 (pemerintah kota Surakarta memberi bantuan lahan, alat permesinan dikasih oleh IGI jerman dan peserta dari ATMI sehingga lembaga ini awalnya bernama SCTC)

Tahun 2006-2009 (SCTV diubah menjadi STP atau Solo Technopark dengan fokus utama pelatihan, konsultasi, dan produksi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun