Mohon tunggu...
Ade Siti Mutiara
Ade Siti Mutiara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sosiologi

Universitas Negeri Makassar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Realitas Dunia Periklanan

20 Mei 2022   10:30 Diperbarui: 21 Mei 2022   20:32 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Beradaptasi di tengah dunia yang semakin canggih ini adalah sebuah keharusan jika kau tak ingin tertinggal, dalam hal apapun. Teknologi semakin berkembang, dan informasi bertambah mudah diakses. Ini adalah hal yang sangat bagus bagi mereka yang memahami dan mampu memanfaatkannya. 

Beragam inovasi bermunculan demi memperlihat kecanggihan-kecanggihan yang ada. Apapun dapat diciptakan menjadi produk yang memiliki nilai guna, estetika, dan nilai jual. Seperti halnya iklan dan tontonan yang disajikan dalam media massa.

Sebagai media komunikasi massa, televisi dan media sosial lainnya merupakan sarana yang dikatakan ampuh dalam menyiarkan dan memasarkan produk, serta informasi kepada masyarakat, baik dalam hal pendidikan, kecantikan, rumah tangga, dan lain sebagainya. Media sosial menjadi pasar yang menjanjikan bagi para pebisnis. 

Iklan sebagai bagian dari dunia komunikasi, menggunakan bahasa sebagai alat utama dalam menggambarkan sebuah realitas. Realitas tersebut berhubungan dengan upaya membangun image (citra) bagi konsumen.

Iklan yang ditampilkan dengan pencitraan yang kuat diyakini para pembuat iklan akan lebih kuat memengaruhi konsumen. Dalam prosesnya, pencitraan lebih menekankan pada pembangunan realitas sosial yang "baru" pada diri konsumen melalui iklan yang ditampilkan. Seolah-olah mereka akan memperoleh hal yang sama. Realitas "baru" tersebut sebenarnya ialah realitas semu. Artinya, apa yang ia lihat dalam iklan adalah hal yang sangat sulit terjadi dalam kehidupan nyata. Akan tetapi, realitas tersebut telah menguasai pikiran-pikiran manusia dengan cara membangun teater di dalamnya, sebagaimana gambaran realitas dalam iklan televisi dan media lainnya. 

Mereka berandai-andai mendapatkan apa yang dilihatnya. Mereka berkhayal berada dalam posisi yang sama. Mereka bermimpi mendapatkan hal yang dinilai ideal dalam masyarakat, seperti halnya bentuk tubuh. Kita sebagai penonton dan penikmat hanyalah mengetahui apa yang nampak, tanpa memahami realitas di dalamnya. Lantas, apa sebenarnya yang terjadi dibalik layar kaya tersebut?

Ya, seperti yang dimaksud dalam teori Dramaturgi Erving Goffman yang memandang teater sebagai sebuah metafora dari kehidupan. Itupula yang terdapat dalam dunia periklanan. Apa yang tampak pada layar kaca bukanlah hal yang sebenarnya terjadi. Berbagai macam hal telah disetting sedemikian rupa demi memperoleh citra yang baik. Entah dalam hal penggunaan bahasa, penggunaan aktor, naskah, koreografi yang digunakan, dan lain sebagainya.

Demi sebuah iklan yang menarik dengan menggunakan aktor dan objek yang dapat menarik perhatian audience, tak sedikit iklan-iklan yang ditampilkan pada layar kaca menggunakan selebriti papan atas demi menaikkan citra produknya. Contohnya yaitu iklan sabun pencuci muka  produk Fair & Lovely dengan menggunakan Jessica Mila sebagai pemerannya. Produk ini menggunakan jargon "Wajah Glowing yang Sabun Biasa Tak Berikan". Jika kita memahami maksud dari kata-kata tersebut, maka yang terlintas adalah sabun ini akan memberikan efek yang lebih baik daripada sabun sejenis lainnya, yang apabila digunakan akan langsung berefek pada kulit wajah. Kemudian, dengan menampilkan aktris dengan wajah mulus cerah akan membuat audience semakin percaya bahwa ia akan memperoleh wajah semulus dan secerah itu. Padahal, realitanya tidaklah semudah itu. Di balik layar kaca, ia menggunakan berbagai macam perawatan kulit demi mencapai hasil demikian. Produk yang diiklankan hanyalah pemakaian sementara demi kebutuhan iklan saja. Setelah itu, mereka akan menggunakan produk kecantikannya masing-masing.

Contoh lain adalah endorsement. Bagi anak muda zaman sekarang, kata 'endorsement' adalah kata yang telah umum dijumpai dalam kehidupan media sosial. Endorsement merupakan salah satu bentuk iklan yang menggunakan selebriti, publik figur, ataupun influencer untuk mempromosikan sebuah produk atau jasa. Produk yang dipromosikan dapat berupa apapun, baik itu pakaian, produk kecantikan atau skincare, make up, dan lain sebagainya. Endorsement ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu berbayar dan tidak berbayar. Yang menjadi sorotan di sini adalah ketika mereka diendorse produk kecantikan. 

Tentu mereka yang dipercaya untuk meng-endorse produk maupun jasa ini adalah mereka yang memiliki kredibilitas dan memiliki citra yang baik.  Namun, banyak dari mereka (para selebriti maupun influencer) justru mempromosikan produk kecantikan illegal. Hal ini tentunya berdampak bagi audience-nya. Mereka percaya-percaya saja bahwa apa yang ditampilkan itu benar adanya, sehingga mereka tertarik membeli dan menggunakannya. Alhasil, produk yang digunakan bukannya mempercantik malah semakin membuat kulit menjadi rusak. Memang benar bahwa ini bukan sepenuhnya kesalahan dari mereka yang mempromosikan. Akan tetapi, inilah yang menjadi tantangan bagi mereka dalam menyeleksi produk yang akan dipromosikannya.

Terlepas dari itu semua, sebagai pengguna media sosial haruslah pandai-pandai memilah dan memilih apa yang pantas, cocok, dan dapat digunakan. Semua hal sudah dapat dijangkau apabila yang diinginkan bukanlah hal utopis. Pengusaha, pebisnis atau apapun itu akan melakukan segala cara agar produknya dapat menjangkau pasar. Mereka akan membuat hal semenarik mungkin dengan janji-janji yang membayang-bayangi demi menarik minat audience.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun