Mohon tunggu...
Ade Riyanti
Ade Riyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

I am the 6th semester student at College of Vocational School at IPB University who is persuing diploma degree in Computer Engineering Technology

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Literasi dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

17 Juli 2021   15:30 Diperbarui: 17 Juli 2021   16:24 2383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kualitas suatu negara tergantung pada kecerdasan dan pengetahuannya.  Semakin banyak ilmu pengetahuan yang didapat maka akan menghasilkan kecerdasan dan pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut didapat dari informasi yang berasal dari lisan maupun tulisan. Penduduk suatu daerah yang semakin banyak mencari ilmu dengan semangat, maka akan semakin tinggi peradabannya.

 Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat menuntut seseorang untuk cepat mempelajari dan menguasai segala macam ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika tidak, maka seseorang akan tertinggal dan kalah dalam persaingan di berbagai bidang. Jika sebagian besar masyarakat mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, kemajuan negara akan diakui oleh dunia internasional. 

Manusia dapat mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menggunakan keterampilan literasi (menulis dan membaca) yang memadai. Kemampuan literasi yang tinggi dapat mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Secara sederhana, literasi dapat didefinisikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Alberta berpendapat bahwa, literasi bukan hanya sekedar kemampuan untuk membaca dan menulis, tetapi juga menambah pengetahuan, keterampilan dan  kemampuan yang memungkinkan seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, mampu memecahkan masalah dalam berbagai konteks dan mampu berkomunikasi secara efektif. Pengertian tersebut menyadari kita bahwa, literasi akan memberikan banyak keuntungan bagi seseorang, misalnya memiliki wawasan lebih luas. Semakin luas wawasan, tentu saja semakin terbuka dalam menghadapi masalah, konflik ataupun dalam menyikapi masalah kehidupan.

Berpikir kritis adalah konsep untuk merespon suatu pemikiran yang diterima oleh seseorang. Dalam critical thinking, Michael Scriven, seorang profesor di bidang ilmu perilaku dan organisasional dari Claremont Graduate University, menyatakan bahwa berpikir kritis adalah proses disiplin intelektual untuk secara aktif dan terampil membuat konsep, menerapkan, menganalisis dan/atau mengevaluasi informasi. 

Berpikir kritis adalah mengembangkan keterampilan atau strategi dalam menentukan tujuan. Proses itu ditempuh setelah menentukan tujuan dan mengacu langsung kepada tujuan merupakan bentuk berpikir yang perlu ditingkatkan dalam rangka memecahkan suatu masalah ataupun merumuskan kesimpulan.

Literasi dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis tentu saja memiliki manfaat khususnya di dunia pendidikan yaitu (1) meningkatkan pengetahuan kosa kata; (2) mengoptimalkan kinerja otak; (3) meningkatkan kemampuan verbal; (4) meningkatkan kemampuan analisis dan berpikir seseorang; serta (5) membantu meningkatkan daya fokus dan konsentrasi seseorang. Dari manfaat positif tersebut, literasi akan memberikan banyak keuntungan bagi seseorang. Misalnya memiliki wawasan yang lebih luas. Semakin luas wawasan, tentu saja semakin terbuka dalam menghadapi masalah, konflik ataupun dalam menyikapi masalah kehidupan.

Kesadaran akan pentingnya literasi dalam kemampuan berpikir kritis perlu ditingkatkan. Karena tingkat literasi masyarakat Indonesia tergolong sangat rendah. Hasil survei tahun 2019 minat baca masyarakat Indonesia menempati rangking ke-62 dari 70 negara. Minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen menurut data UNESCO. Itu artinya, dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang  yang gemar membaca.

Apa yang  menyebabkan literasi di Indonesia kurang optimal? pertama, kurangnya dukungan keluarga dalam membangun budaya membaca di rumah. Sehingga mereka tidak terbiasa menggunakan buku sebagai sumber informasi. Kedua, sejumlah daerah belum mendapatkan akses buku yang berkualitas. Ketiga, pemerintah dinilai belum mampu mengembangkan program literasi berbasis gerakan.

Menurut Ane Permatasari (2015) menyatakan bahwa ada beberapa cara meningkatkan daya baca masyarakat Indonesia sehingga akan terbentuk budaya literasi. Pertama, kita perlu merapikan dan memperbaiki kualitas pendidikan agar bisa meningkatkan tingkat melek huruf yang lebih tinggi. Fasilitas dan sumber daya manusia harus dikembangkan hingga menjangkau pelosok tanah air. Tidak adanya sekolah, kekurangan guru, atau minim fasilitas jangan sampai menjadikan masyarakat di pedalaman nusantara kesulitan untuk belajar.

Kedua, membangun lebih banyak perpustakaan sebagai tempat yang nyaman untuk membaca di berbagai daerah, koleksi buku yang banyak  dan menyediakan kegiatan yang menarik. Ketiga, diperlukan rencana berkelanjutan untuk memperkenalkan lebih banyak buku ke sekolah dan masyarakat serta merangsang minat baca buku. Keempat, mendorong penerbit agar semakin banyak buku yang diterbitkan, terutama buku-buku yang berkualitas tinggi. Kelima, mendukung aparatur sipil, pemerintah dan semua pihak untuk bersama-sama membangun peradaban membaca buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun