Sifat dasar seseorang tentunya berbeda-beda, ada yang lembut dan ada juga yang kasar. Sebagian manusia memiliki sifat yang kurang bijak, putus asa, takut, takut bersalah, sehingga cenderung  untuk mengalah. Namun orang dewasa bersifat seperti ini, sehingga akan menimbulkan perselisihan jika menghadapi buah hati yang sifatnya sebaliknya, keras dan tegas. Pada banyak hal si buah hati akan cenderung lebih suka mengatur dan menguasai segala urusan.
Apabila sesorang pendidik bersifat seperti ini, maka sangatlah berbahaya. Kecuali dia kehilangan wibawa di depan banyak anak, mungkin dia juga akan kehilangan rasa hormat dari peserta didik lainnya apabila sikap lembeknya ditunjukkan di depan banyak muridnya. Selain itu dia akan lebih susah untuo mengendalikan perilaku anak yang dominan tersebut. Jika cenderung putus asa, bagaimana mau memasukkan nilai-nilai dan memberi nasihat pada murid-murid agar perilakunya bisa berubah?
Seharusnya pendidik harus lebih tegas dan bijak dalam mengambil keputusan, dan mau berusaha meningkatkan keteguhan hati. Apabila kita banyak berputus asa, lalu kepada siapa kita akan memberikan tugas dalam mendidik buah hati? Kitalah yang memegang bola, kita memiliki kesempatan berperan dalam pendidikan generasi penerus bangsa ini. Sebab ini adalah kesempatan emas.
Coba amati dan contohlah perilaku orang lain yang kita anggap tegas, apabila perlu jadikan dia sebagai diskusi kita. Namun, jangan sampai membiarkan sang buah hati akan hilangnya rasa hormat pada kita alasan kita suka menakuti mereka dengan ancaman  melaporkan kepada pendidik atau orang lain yang di hormati si buah hati. Jangan pernah keluar dari mulut kita kata-kata semacam "Bunda, bilangin ke bu guru kalau adek tidak mau belajar". Apabila itu yang terjadi, sang buah hati akan semakin takut pada gurunya, sehingga mereka tidak akan pernah bisa menghargai kita. Dan dia akan menganggap bahwa orang tuanya sendiri lemah dan lembek dalam mendidik sang buah hati.