Mohon tunggu...
ade pian arista
ade pian arista Mohon Tunggu... Buruh - mahasiswa

supir gojek, yang doyan nulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Cukup Sandiwara Politiknya, Masyarakat Sudah Muak

11 Juni 2019   18:32 Diperbarui: 11 Juni 2019   18:41 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media masa dihebohkan dengan isu dalang pengerahan massa pada aksi 22 Mei lalu. Secara logika, politik memang sulit ditebak apa dan siapa mastermind dari peristiwa yang memakan korban delapan orang meninggal tersebut. Saling menyalahkan. Bahkan merugikan beberapa nama yang beritanya belum pasti terjadi.

Tak hanya di kubu para pendukung capres nomor urut 01 saja. Kubu pendukung Prabowo-Sandi pun mengklaim tidak mengetahui atas skenario kerusuhan yang terjadi di aksi 22 Mei tersebut.

Salah satu media yang cukup tajam mengulas dalang kerusuhan yaitu Tempo. Media gaek dengan brand yang sangat independent (katanya) dengan gamblang memberitakan sebuah isu yang dikemas berupa opini mengenai keterlibatan beberapa eks anggota Tim Mawar dalam aksi yang terjadi di kawasan sekitaran Bawaslu dan sekitar. Tim yang terlibat dalam penculikan beberapa aktivis 1998 tersebut kembali mencuat dalam artikel yang tayang pada Majalah Tempo edisi Senin 10 Juni-16 Juni 2019.

Pemberitaan ini bermula disaat kuasa hukum Chairawan, Hendriansyah menuturkan pemberitaan ini tentu merugikan Chairawan secara pribadi karena kliennnya merupakan mantan Komandan Tim Mawar. Sebab pemberitaan dimaksud menyebutkan sejumlah anggota Tim Mawar terlibat dalam kerusuhan 22 Mei tersebut. Masyarakat awam dibuat bingung dengan pemberitaan yang simpang siur alias belum terkomfirmasi secara benar atau sesuai fakta.

Sepengetahuan saya, sebuah media massa bertugas menyampaikan suatu peristiwa berdasarkan fakta. Namun di era sekarang ini, masyarakat dibuat bingung bahkan sangat sulit untuk mempercayai sebuah artikel berbentuk fakta.

Beberapa waktu lalu contohnya. Masyarakat digiring akan isu pembagian kursi kabinet presiden terpilih periode 2019-2024 Jokowi- Amin bagi Ketua Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Pemberitaan peristiwa yang sampai memakan korban pun masih berupa opini dari si penulis pada majalah tersebut.

Masyarakat sudah seharusnya diberi knowladge atau pengetahuan akan perbedaan opini dengan berita peristiwa. Bisa saja pemberitaan Majalah Tempo berjudul Tim Mawar dan Rusuh Sarinah menggiring suatu berita yang informasinya belum pasti terjadi. Hanya saja sebuah dugaan terhadap dalang dari peristiwa aksi 22 Mei lalu itu.

Dalam tulisan yang terdapat pada edisi Senin 10-16 Juni 2019 sudah pasti tidak menjalankan tugas jurnalistik sebagaimana yang dimaksud di UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Keriuhan soal dugaan keterlibatan sejumlah orang bekas anggota Tim Mawar dalam kerusuhan tersebut dalam laporannya terdapat beberapa nama seperti Fauka Noor Farid, dan Dahlia Zein.

Selain itu, penggiringan opini mengenai berita soal rencana pembunuhan empat mantan jenderal yang cukup heboh di dunia maya. Tersangka HK dan TJ dalam rekaman videonya mengaku diperintahkan Kavlin Zein untuk menjadi eksekutor penembakan Wiranto, Luhut, Budi Gunawan, dan Goris Mere. 

Tentu kejadian serupa ini pernah terjadi pada era Soeharto. Intrik politik begitu keras tercium paska pemilu serentak lalu. Sebaiknya, perselisihan antara Prabowo-dengan Wiranto disudahi saja. Kasihan masyarakat, dibuat takut akan terulang  peristiwa 1998 lalu yang notabene orang-orang lama yang sudah ada sejak orde baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun