Mohon tunggu...
Novi Ana Rizqiani
Novi Ana Rizqiani Mohon Tunggu... Lainnya - The Little who has The Big Dream

| Jika ada kebaikan dari akun ini, semata datangnya dari Allah swt | Izinkan aksara menari kala suara mulai senyap |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seni EMPATHY di masa PJJ Anak Usia Dini

27 September 2020   16:55 Diperbarui: 28 September 2020   06:21 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic: pixabay.com; Ilustrasi: dok.pribadi

Buitenzorg, September 2020.  Iklim komunikasi efektif akan tercapai bila empati tidak lagi sekadar formalitas. Konsep menjadi sama, memahami, dan menempatkan diri menjadi dirinya dapat memaksimalkan potensi positif di masa-masa golden age. Pada masa ini, perkembangan kecerdasan anak mulai terbentuk. Beragam stimulus yang diterimanya akan terekam di alam bawah sadar hingga dewasa. 

Pandemi telah menganulir konvensional bergerak menuju modernisasi. Tak ayal revolusi hampir menyentuh seluruh masyarakat tanpa memandang strata. Percepatan kelahiran keahlian dan pengetahuan baru menjadi konsekuensi peradaban 4.0. Semua yang berbasis “dalam jaringan” adalah HUKUM WAJIB untuk meminimalisir risiko. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kebebasan presensi masih menjadi harapan besar. 

Pembelajaran Jarak Jauh sudah menghiasi wajah pendidikan kami selama lebih kurang tujuh bulan. Jelas saja ini bukan mimpi dan asa kami. Para wali peserta didik tengok-tengok menggantikan tugas pendampingan. Bagi saya amanah ini adalah tanggung jawab besar. Mengingat bukan lagi menyalurkan materi berhitung, membaca, teori-teori, atau praktik-praktik keIlmuan lainnya. Melainkan bagaimana menciptakan pola pengajaran yang versi kami adalah pola yang benar dan kondusif. Sebuah pola dimana belajar bukan lagi menjadi tuntutan peserta didik. Bukan lagi soal tumpukan tugas ataupun hanya melihat pedoman video. Melainkan kondisi dimana belajar berada pada level yang menyenangkan. Dimana tugas sebagai karya dari proses belajar, menjadi wahana bagi mereka untuk mengekspresikan kebebasan.

Saya tidak terlalu memahami kadar kesulitan wali murid serta karakter masing-masing peserta didik berdasarkan demografi. Namun sependek pemahaman saya, sebagai pengganti peran guru PAUD pada masa PJJ. Pada fase usia dini, individu memasuki tahapan perkembangan dan pertumbuhan yang krusial. Sehingga jika tidak dimaksimalkan dengan baik. Hal ini akan memengaruhi memory anak. Saya cukup bersyukur diberikan situasi seperti ini. Moment PJJ dapat membantu saya untuk memahami dan mengelola potensi serta tumbuh kembang anak. Berikut akan saya paparkan, pengalaman selama PJJ Anak Usia Dini.

1.  Ajak anak diskusi

Mendorong anak usia dini untuk melihat rencana pembelajaran bukanlah hal mudah. Pada usianya mereka lebih senang berkumpul, bermain, dan bersosialisasi dengan rekan sebayanya. Tidak berhadapan dengan titah-titah sekolah yang hanya bisa diterima melalui komunikasi interpersonal. Ironisnya mereka pun harus menyesuaikan masa-masa gegar budaya dimana segala aktivitasnya dilakukan dari rumah. Pendekatan personal diharapkan mampu meminimalisir kondisi yang mereka hadapi.

Pada tahapan ini, saya selalu melibatkan dan mengajaknya berpartisipasi serta berdiskusi. Mendengarkan apa yang mau dia lakukan, kapan mau melakukan, dan bagaimana caranya melakukan. Terkadang untuk menarik semangatnya. saya selalu mengatakan bahwa “Nak, nanti onti buatkan tugas video yang bagus. Biar dapat nilai yang bagus. Kita kerja sama ya.”.   Hasilnya adalah ketika dia mendapatkan poin yang lumayan, ia akan termotivasi dan mulai menyesuaikan pembelajaran dengan skema PJJ.

2. Kreasikan metode pengajaran

Saya tidak memahami, apakah ini salah satu cara yang tepat atau tidak. Mengingat saya tidak bersertifikasi dari bidangnya dan bukan AHLInya. Karakter keponakan saya ini cukup sulit diajak untuk belajar. Jika sudah saya ajak, sejuta jurus ampuh ia pergunakan untuk menangkalnya. Kecemasan saya mengalahkan kekesalan saya. Saya mencoba melakukan pendekatan, dimana saya akan meLOLOSkan keinginannya untuk meLULUSkan keinginan saya. Dia sangat menyukai musik, main, dan menggambar. Dasar-dasar minatnya akan saya pergunakan sebagai sarana dalam menyampaikan materi. Berikut deskripsi sederhana, sebagai gambaran bapak/ibu.

- Siapkan papan tulis kosong yang akan dipergunakan untuk menggambar cerita.

- Kreasikan metode penyampaian. Sebagai contoh, anda dapat menerapkan metode story telling. Teknik bercerita yang dapat dipadukan dengan suara musik/bernyanyi. Bisa pula teknik bercerita seperti mendongengkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun