Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Penawaran Hidup

13 Desember 2019   09:32 Diperbarui: 13 Desember 2019   18:36 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: KOMPAS.com/Thinkstock

Melihat sekilas wajah kakak yang penuh semangat hidup. Dia satu-satunya kakak yang bersemangat hari ini.

"Tenang ayah, lukisanku akan terjual lebih mahal kali ini. Sebentar lagi orang itu akan datang mengambilnya."

Sejam berlalu dan sudah dua mobil kutanggani, dengan mencoba sedikit berkreasi mesin, agar kami mendapatkan uang untuk makan hari ini. Kulihat kakak sedang bertransaksi dan pada akhirnya semua lukisan dibawanya serta. Kupikir sebentar lagi masalah perut akan selesai dan semua masalah selesai.

Namun tiba-tiba sebuah layar televisi mempertontonkan wajah pemburu barang antik yang sudah banyak menipu para seniman ditayangkan dengan begitu jelas tanpa sensor.

"Kakak ...."

Tubuhnya bergetar dan akhirnya tidak sadarkan diri kemudian dibawa ayah ke rumah sakit terdekat dengan membawa sebuah kartu sakti dari Bapak Presiden Jokowi, untuk pengobatan gratis.

Pikiran mulai kembali mencari solusi perut yang mulai semakin kecil saja. Masih teringat bahwa sudah tiga hari jatah makan kuberikan untuk adik terkadang ibuku.

"Borjois! Berapa ongkos perbaikan mobil ini?"

"Sejuta lima ratus."

Dosen bahasa Perancis dekat komplek membayar tagihan dan hatiku riang. Saatnya membeli banyak peralatan untuk memperbaiki televisi dan mesin-mesin lainnya. Juga bahan-bahan untuk makan mungkin selama satu minggu. 

Bergegas ke tengah pasar elektronik dan memburu banyak alat-alat. Namun ketika pembayaran baru saja dimulai, si pemilik toko melaporkan aku kepada polisi dekat pasar dengan tuduhan pengedar uang palsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun