Malam bersama dingin yang membuka celah ceroboh
Aku terdiam menunggu datangnya sinyal kronis
Entah apakah itu cinta ataukah nestapa
Saat gigilnya mulai menguasai jalan darah
Menyisakan ruangan terhampa
Dalam bentuk entah
Dalam hati
Ribuan harap membentuk cinta
Menyapa luka yang kelelahan
Sedang bibir doa tiba-tiba mengatup
Begitu saja
Membuat detakan retak
Bersama riuhnya sang banyu
Menyuarakan kenangan
Yang hampir tak tergambar
Sebab sajak-sajak tentangmu telah lenyap
Menguar
Jauh dari segala pikiran busuk.
Terkutuk
Satu ungkapan rasa yang sempat terbersit
Menekuk ruang-ruang tubuhku yang ambruk; batuk-batuk
Padahal seharusnya semi ini adalah kegilaan musim
Yang mencatat bahagia
Bukan warna yang memudar-
Kerontang kelopak bunga impian