Mohon tunggu...
Adel Kalibar
Adel Kalibar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Penyair

Menulis Membentuk Keabadian - Hidupmu adalah bait puisimu https://adelbertus88.wordpress.com/ https://www.kompasiana.com/adelbertus

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Karena Corona Negeriku Merana

27 Maret 2020   03:50 Diperbarui: 27 Maret 2020   03:50 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lagi-lagi aku tidak bisa pulang Ibu, kali ini bukan karena tidak ada libur kerja, atau tidak bisa cuti. Bukan juga karena harus terus menulis puisi, bukan karena jarak dan waktu yang semu, dan bukan karena aku tidak mau menemanimu minum kopi lagi di balik jendela bersama senja.

Ada yang lebih kuat menahan langkah kakiku untuk beranjak meninggalkan negeri seberang, dan itu bukan hanya aku Ibu. Banyak jenis orang lainnya juga sama terjebak rindu bukan hanya di kota ini, mereka terjebak di rumah mereka, di kamar mereka, di dapur, dan bahkan mereka terjebak di antara pusaran agin dan hujan. 

Bukan hanya negeri tempat aku tinggal sekarang, tetapi sudah seluruh dunia yang fana ini di selimuti awan hitam yang entah kapan akan kembali terang.

Bahaya sedang mengancam negeriku Ibu, semoga Ibu di sana baik-baik saja di kampung hujan. Biarlah hujan yang selalu menjagamu Bu, biarlah hujan membersihkan seluruh luka dan gelisahmu bahkan penyakit yang menemanimu. Biarkanlah hujan hapuskan rasa lelah di pundakmu, dan biarkanlah hujan berikan tidur lelap setiap malam untuk tidurmu.

Aku harus memberi tahumu Ibu, negeri tempat aku tinggal sekarang sedang terkena flu berat Bu. Negeriku menjadi panas dan batuk-batuk. Hari demi hari panasnya tak kunjung turun, bahkan semakin menjadi-jadi. 

Sudah hampir sebulan ini belum di temukan obat yang manjur untuk penyakit negeriku ini. Aku hanya di rumah saja Bu, jangan khawatir. Pemimpin negeriku menyuruh rakyatnya di rumah saja, itu lebih baik. Bekerja di rumah, makan di rumah, dan menulis puisi juga di rumah saja. Negeriku sedang menangis, tak perlu hujan untuk air yang jernih.

Negeriku sedang terkena flu dan batuk-batuk, kata banyak jenis orang negeriku sedang terkena Virus. Virus ini juga berasal dari negeri seberang yang di terbangkan angin samapi ke negeriku. Kalau aku tidak salah nama Virus itu adalah Corona, bagus juga ya namanya. 

Corona yang membuat negeriku terkena bencana, dan membuat banyak jenis orang merana. Banyak jenis orang juga terpana dan bertanya-tanya, Virus ini sangat kuat bahkan hujan tak mampu membuatnya tidur lelap.

Negeriku sedang menangis, itu yang membuatku tak bisa pulang. Banyak air mata di jalanan, di rumah-rumah, dan di pojok kota. Kami semua hanya boleh di rumah saja, entah sampai kapan Virus itu bisa pergi jauh meninggalkan negeriku ini.

Ribuan hari aku telah menunggu untuk waktu dimana aku bisa pulang ke kampung hujan. Ibu, apakah engkau ingat kita telah merencanakan perjamuan di meja makan, yang akan kita rayakan satu keluarga yang hanya beberapa orang tidak sampai dua belas orang. Sedih hati dan jiwaku sepi terusik sendiri dalam bencana negeriku. Belum bisa aku kabulkan permintaanmu Ibu.

Mungkin nanti di kala negeriku sudah berdamai dengan sakitnya dan virus tersebut merelakan dirinya untuk pergi jauh dan berjanji tidak akan kembali lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun