Sekolahku luas membentang dengan halaman yang leluasa untukku berkejaran dan berlarian. Tengoklah kawan betapa aku bahagia bisa ketawa dan ketiwi. Aku bisa menjejakkan kakiku dengan langkah seribu kaki atau langkah perlahan yang tegap sambil membusungkan dada.
Sekolahku tinggi menjulang dengan tangga panjang penghubung bawah dan atas yang berliku. Aku bisa memandang awan dengan pandangan lepas seperti burung yang melayang. Mataku bisa melirik ke seluruh penjuru dari balik kaca ventilasi yang bening membatasi. Bahkan menengok teman yang tersenyum manis saling berbisik merencanakan,"hai, tunggu aku pulang nanti".
Bajuku masih cukup di badanku, topiku pun masih melekat di kepalaku, walau kadang terjatuh dan terinjak kaki teman. Di sana ada jejak sepatu yang tergambar. Aku takkan marah, setelah kau berucap "maaf" lalu kita saling berjabat. Kita kembali teringat permainan yang tertunda. Lalu kita berkejaran.
Jejak kakiku hampir sepuluh bulan hilang. Aku tak menemukan langkah panjang bahkan goresan tulisan di telapak tangan yang kadang saling berganti kita lakukan tanda persahabatan. Semua terhenti tanpa batas waktu kapan aku menanti jejak sepatu kami ada di halaman ini.Â
Aku merindukan bisikan diselingi canda dan tangisan tatkala ada sepatu yang tak sengaja terinjak. Aku ingin melukis kembali jejak sepatu kami yang saling berjejer berbaris. Berseragam putih merah dengan topi dan dasi melengkapi. Aku ingin menemukan kembali jejak sepatu aku dan semua teman di sekolahku.
Bandung Barat, 31 Maret 2021