Mohon tunggu...
Ade Irma Mulyati
Ade Irma Mulyati Mohon Tunggu... Guru - SDN Jaya Giri Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

Mau berbagi itu indah karena menabur kebahagiaan, dengan ikhlas memberi semoga menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengapa Kelasku Masih Sunyi

25 Maret 2021   10:25 Diperbarui: 25 Maret 2021   10:42 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri.olahan canva

Pagi ini aku lewati gerbang yang menjulang tinggi. Tertulis sebuah nama dengan huruf kapital yang tebal. Termenung sejenak untuk memaknainya. Keberadaan bangunan berlantai dua yang kokoh seperti lengan ayahku yang setiap pagi membopongku.

Sedikit tertunduk ku tempelkan wajahku diantara jeruji besi penghalang pintu. Tampak jelas halaman luas seperti padang pasir membentang. Lenggang tanpa terdengar decitan kursi yang ditarik tangan mungil. Di setiap penjuru terlihat alat cuci tangan dengan warna ranum merah menyala.

Ada pula tong sampah yang terlihat berkilat. Sepertinya baru pagi ini keluar dari kamar persembunyiannya. Hai, tiang bendera, kau masih kokoh tinggi menjulang. Aku belum sempat memandangmu. Kau pun belum pernah merasakan jamahan tanganku yang menarik tali tatkala ada yang melintir menyelimutimu.

Biasanya aku berdendang menyanyikan lagu kebangsaan. Memacu semangat biar membara. Menumbuhkan jiwa nasionalisme agar terukir kuat di sanubariku. Dengan lantang aku tirukan butir-butir sila Pancasila agar terpatri di hati kami.

Aku sudah siapkan lagu perjuangan yang akan aku nyanyikan. Aku akan bacakan dengan lantang naskah kemerdekaan. Kakiku sudah kuat berdiri tegak. Dadaku semakin bidang bukti aku anak hebat. Pundakku tampak semakin berisi, dan langkah kakiku pun semakin panjang dan cekatan. Aku semakin tinggi dan tumbuh besar. Cita-citaku pun semakin tinggi aku gantungkan.

Di langit sudah aku tuliskan, bahwa kelak aku ingin jadi guru, tentara, polisi, dokter, ustadzah, atau menjadi seorang ibu yang bertangan ajaib. Tapi, Bu guru...kelasku masih sunyi. Papan tulis belum terisi catatan pagi ini. Buku bacaan masih tersimpan di tempatnya. . Meja dan kursiku belum pernah bersua denganku. Baju seragamku masih tergantung di lemari. Berjejer beriringan, merah putih, olah raga, batik, dan Pramuka. Ingin rasanya mengisi kelas agar ramai dengan celoteh kami.

Bandung Barat, 25 Maret 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun