Mohon tunggu...
Ade Irma Mulyati
Ade Irma Mulyati Mohon Tunggu... Guru - SDN Jaya Giri Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

Mau berbagi itu indah karena menabur kebahagiaan, dengan ikhlas memberi semoga menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tsunami Hati yang Tertulis di Diary

24 Maret 2021   06:03 Diperbarui: 24 Maret 2021   06:19 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri.olahan canva

Mendampingi belahan hati tatkala menanti saat pembukaan SNMPTN menguji kesabaran. Bagai serangan tsunami mengobrak abrik hati kami orangtuanya. Apalagi perasaan anaknya ya, mungkin lebih dari itu  yang dirasakannya. 

Bagaimana tidak, datangnya bedug waktu terasa lambat bergulir. Sampai saatnya tiba dengan deg deg plas, berusaha tenang. Saat mencocokkan nomor ujian, ternyata sekali ditelisik belum ditemukan. Kedua kali mendapat kepastian, namanya tidak terdaftar. Termenung sesaat itu wajar. Tetapi jangan berkecil hati masih ada peluang lainnya. Anggaplah tahapan ini baru tangga kesatu. Masih ada tangga lainnya.

Berkutat kembali dengan adu strategi dalam pemilihan jurusan juga universitas yang akan dituju. Berbagai kemungkinan ditelisik, dianalisa dan didiskusikan berapa besar kemungkinannya. Benar butuh penelaahan mendalam jangan sampai memilih jurusan hanya karena terbawa arus teman. Asal temannya banyak itu tenang. 

Biasakan membuat berbagai kemungkinan. Plan A dan plan B. Sehingga kalau peruntungan di rencana A belum di tangan, masih ada rencana B yang bisa ditempuh. Satu kerugian jika hanya fokus pada satu tujuan, suatu saat jika belum tembus maka akan mentok dan putus semangat. Hal ini tidak boleh terjadi.

Strategi lainnya cobalah melirik beberapa kemungkinan membidik perguruan tinggi yang agak jauh sedikit. Tidak masalah di daerah manapun misalkan melintas pulau. Bukankah itu sebuah peluang? Yang penting mendapat tiket kuliah di perguruan tinggi negeri seperti cita-cita kami.

Seperti itulah harapan yang saya inginkan, ketika mendorong putri bungsu untuk melanjutkan kuliah. Dengan dukungan maksimal disertai doa. Mendaftarlah di jalur tertulis. Pilihan pertama di kota kelahiran, untuk strategi pilihan kedua ditentukan perguruan tinggi di luar kota sebagai tujuan. 

Ternyata anak generasi milenial tidak akan membuang peluang. Itulah yang kami kagumi. Mereka akan berusaha berbagai cara sampai ada hasilnya. Peluang tidak akan datang dua kali. Sebagai sebuah prinsip hidup yang patut dipuji. Mendaftarlah di dua politeknik yang berbeda jenis dan tempatnya. Satu di kota Kembang satunya lagi di luar kota. 

Ternyata jadwal seleksi di kedua politeknik hampir bersamaan, hanya berselang satu hari. Di hari yang ditentukan berangkatlah dari kota Kembang mengikuti tes tertulis di politeknik di luar kota. Atas beberapa pertimbangan dia berangkat sendiri. Kami berusaha tenang karena ada kakaknya yang siap menjemput yang sama-sama kuliah di kota tersebut. Untuk tempat singgah sudah dipersiapkan kosan sewaan selama tiga hari. 

Singkatnya, setelah selesai proses seleksi. Malamnya langsung meluncur lagi ke Kota Kembang karena besoknya sekitar jam 13.00 harus mengikuti ujian masuk di politeknik yang kedua. Luar biasa anak perempuan kami, dengan semangat tinggi berusaha mengejar impiannya. Jika niat baik maka akan dimudahkan. Begitupun dengan yang dijalani putriku. Mendapatkan tempat seleksi tidak jauh, masih di satu kota. Hal ini memberikan kesempatan untuk istirahat. 

Apapun hasilnya sudah ada takdirnya. Begitu kencang dikejar kalau bukan rezeki sulit didapatkan. Sehingga ketika mendapati putri kami gagal di politeknik yang kedua, kami menerima sepenuh hati. Kegagalan tersebut kami terima dengan lapang dada. Semua ada jalannya. Semua mendapatkan takdirnya masing-masing, ikhtiar sudah kami lakukan, tinggal sabar dan tawakal.

Sudah rezekinya, saat pembukaan putri kami diterima di perguruan tinggi di luar kota. Kami suka cita menyambutnya, akhirnya berhasil mendapatkan kursi di PTN. Tsunami hari yang kami rasakan mulai mereda. Gundah gulana kami terobati.

Proses penyelesaian administrasi sudah tuntas. UKT sudah lunas. Kamar kos sudah dibayar untuk jangka waktu 6 bulan. Resmilah putri bungsuku tercatat sebagai mahasiswi di sebuah PTN di luar kota. Mantap dia berkata"Saya berangkat sendiri, gak usah diantar".

"Yakin?"itu pertanyaan yang kami ungkapkan. Dengan anggukan mantap dia meyakinkan, kami antarkan sampai stasiun.

Semua proses telah dijalani, tetapi masih ada rasa penasaran, menunggu keputusan hasil seleksi di satu politeknik lagi yang belum diumumkan. 

Setiap hari kami pantau dari jauh. Kakaknya pun diminta untuk membantu jika ada hal yang diperlukan terutama di masa Maba. Anakku sumringah ketika mendapat teman satu daerah. Kami pun tenang karena putriku sudah mendapatkan kawan baru. 

Satu minggu sudah berlalu, semua proses telah dijalani, tetapi masih ada rasa penasaran menunggu keputusan hasil seleksi di satu politeknik lagi yang belum diumumkan. Kami harus bersabar. 

Tak terasa Maba sudah usai. Anakku mengirim sebuah Poto sambil tersenyum sumringah mengenakan almamater dan sebuah kartu mahasiswa. Ternyata sebelum perkuliahan dimulai ada waktu senggang 3 hari. Putriku minta pulang. Ya, kami kabulkan. Pulanglah dia diantar kakaknya sampai stasiun, kami pun menjemputnya.

Ternyata putriku pun sama, masih memiliki harapan yang tertunda, menunggu pengumuman di politeknik tersebut. Menurutnya dari hati paling dalam ada rasa dia lulus seleksi. Ternyata intuisi itu benar adanya. Akhirnya pilihan sendiri  yang menentukan.  Apapun keputusan yang diambil kami sebagai orangtua setuju dan berharap menjadi pilihan yang terbaik.  Kini tsunami hati telah berlalu, kami menikmati setiap prosesnya. Sambil menutup lembaran diary saya bergumam sendiri, "Ternyata setiap anak memiliki kisah unik masing-masing".

Bandung Barat, 24 Maret 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun