Mamah...betulkah aku akan sekolah? Ribuan kali pertanyaan itu terdengar. Alasan yang mudah untuk menjawab, "Kita tunggu sampai kasus terpapar korona mereda dan pemerintah memutuskan membuka kembali sekolah di era new normal".
Sampai kapan? Sedangkan aktivitas untuk ke luar rumah sudah dilonggarkan. Tempat rekreasi, mesjid, pasar mulai diberi kesempatan. Tinggal sekolah yang setia menanti kapan krannya dibuka lebar.
Apa yang harus dipersiapkan? Dari sekarang harus dimulai sikap baru dari guru, orang tua, dan siswa untuk memiliki kesadaran dan pemahaman baru terkait tata cara bersikap dan berperilaku yang benar-benar baru, seandainya sekolah dibuka kembali untuk belajar secara tatap muka. Prosedurnya sangat jauh berbeda dari perilaku lama sebelum ada pandemi Covid-19.Â
Diawali dari rumah, siswa harus dipastikan suhu tubuhnya tidak melebihi 37,5 derajat celcius, tidak sedang batuk atau pilek. Anggota keluarga tidak ada yang reaktif Covid-19, tidak pulang bepergian dari daerah dengan kategori zona merah. Kemudian orang tua memberikan kesepakatan kesediaan anaknya mengikuti belajar tatap muka di sekolah.
Siswa pun dari rumah sudah bermasker serta di tasnya dibekali; handsanitizer, masker cadangan, alat makan dan minum sendiri, alat tulis sendiri, dan tisu. Hal yang terpenting siswa sudah dibekali keterampilan cara mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.
Selama belajar di sekolah, siswa tidak diperkenankan ditunggui oleh pengantar. Jadi setelah mengantarkan siswa sampai ke pintu gerbang sekolah dan siswa memiliki suhu tubuh yang dinyatakan aman setelah diukur, segera meninggalkan sekolah. Setelah pembelajaran selesai mereka dipersilakan menjemput kembali.
Belajar tatap muka di sekolah durasinya maksimal 2 jam. Itupun tidak ada istirahat di sela-sela jeda belajar. Siswa diwajibkan tidak jajan karena kantin di tutup.Â
Selama belajar tatap muka, dipastikan interaksi guru dan siswa, siswa dan siswa lainnya dijaga jarak amannya. Tempat duduk siswa berjarak 1-1,5 m. Sehingga di satu kelas hanya memuat 10-15 siswa.Â
Siswa setelah selesai belajar langsung pulang ke rumah. Itulah beberapa hal yang perlu dipahami sebagai adaptasi perilaku baru yang jauh berbeda dengan kebiasaan dulu. Ruang gerak menjadi terbatas. Interaksi antar siswa dan guru tidak selekat dulu.Â
Bandung Barat, 01-11-020