Ah, begitulah jika "mendadak tukang". Belajar autodidak lewat media sosial. Apa bisa terwujud menjadi seperti yang diharapkan. Pasti bisa, aku harus menyakinkan.
"Tenang jangan panik dulu. Masih banyak waktu. Asal kau mau membantu dan patuh mengikuti petunjukku," kata suamiku seperti tahu apa isi kepalaku.
"Sinikan paku, ke ataskan palu. Bawakan baut kaitkan kawat. Perhatikan yang sudah terpasang. Luruskan. Yakinkan, jangan sampai bengkok!" aba-aba dan instruksi yang datangnya rombongan seperti mau nyerang.
Sejak saat itu, aku resmi jadi asisten jadi-jadian, alhasil.Â
"Ah, kamu parah banget. Tuh lihat hasilnya tak lurus. Duuh," kata suamiku sedikit mengeluh sambil menggaruk kepala.
Masa siku jadi beda bentuk. Tiang kanan dan tiang tengah tak serasi. Kadang membuat mata agak risih.Â
Ah, sudahlah. Tak perlu mengeluh. Sekarang kita tatap hasil karya "mendadak tukang". Keren lumayan bisa untuk promosi ke depan. Siapa tahu ada yang berminat jadi pelanggan. Kan lumayan bisa untuk nambah uang jajan.
Sik, sik, asik...aku berkhayal bermain dalam lamunan.
Bandung Barat, 22-09-020