Memasuki masa pensiun kadang bingung apa yang harus dilakukan. Mau dagang biasanya suka ketukar modal dan laba. Mau usaha peternakan ayam, merasa tak tahan dengan bau kotorannya. Mau memelihara ikan sudah tak bisa bergaul mesra dengan udara lembab, sehingga jika kedinginan asma pasti menerjang. Bagaimana jika bersawah saja. Ya memulai kehidupan baru, pindah ke kampung halaman.Â
"Hmm...jadi petani sepertinya masuk akal."
Tapi... Apa bakal kerasan ya. Puluhan tahun waktu dihabiskan di kota. Bagaimana dengan anak-anak yang sedang kuliah di kota. Masa ditinggalkan.
Demikian berbagai pertanyaan yang muncul tatkala waktu pensiun tinggal sepekan. "Sekarang tanggal 24 Maret 2020, besok...lusa...sepekan kemudian...?"
Pertanyaan dan berbagai kemungkinan terus bergulung timbul tenggelam memaksa segera memutuskan.
"Rasanya semakin memutih saja rambutku, tapi masih merasa kesulitan memutuskan apa yang akan dilakukan di hari-hari yang akan datang," demikian kata-kata yang terlontar sambil bercermin.
Berjalan hilir mudik, sambil beralasan olah raga pagi, ternyata hanya menghabiskan waktu 2 jam. Setelah sampai rumah tak mungkin hanya berdiam diri, menonton televisi, update status di WA. Terus tidur lagi. Terasa akan membosankan tanpa aktivitas yang bermanfaat.Â
Otak terus berputar, sekelebatan pandangan tajam pada titik yang mendatangkan ide baru.
Mataku tajam pada sebatang paralon yang dengan manis bersender di sudut tembok depan. Terkesiap ingatanku melayang. Secepat kilat kuraih paralon itu dan ku tenteng menuju balkon.Â
"Aha, aku sudah punya jawabannya."
Tanpa pikir panjang mulailah proyek baru membuat hidroponik. Ya, menjadi pecinta baru di bidang hidroponik. Beraktivitas baru dengan bertanam sayuran segar yang bisa dikosumsi untuk kebutuhan harian keluarga.