Oleh: Ade Imam Julipar
15 Juni 2021
Beberapa waktu yang lalu netizen sempat dihebohkan oleh sebuah pemberitaan viral tentang seorang anak SD yang membeli Voucher game senilai 800 ribu rupiah.
Dalam video itu  terlihat sebuah rekaman dari bapak anak tersebut yang sedang memarahi kasir di sebuah mini market.
"Apa kalian cari keuntungan atau kerugian, apa atau kalian mengada-ngada? Beli voucher Rp 800 ribu diperbolehkan, anak di bawah umur, kelas enam SD, berarti tidak ada menjaga privasi konsumen, dan mencari keuntungan," kata bapak yang merekam kejadian itu.
Ya, ini adalah salah satu dampak negatif dari game  yang sekarang ini sedang  melanda generasi kiwari. Generasi Z atau biasa disingkat Gen Z yang belum bekerja ini sudah kecanduan, sehingga apapun akan mereka lakukan untuk memiliki uang agar bisa melanggengkan kecanduannya.
Jika kita telisik lebih jauh lagi, bukan hanya itu dampak negatifnya. Masih banyak lagi dampak negatif lainnya. Baik secara fisik maupun psikis.
Dari segi fisik kita bisa sebut radiasi layar monitor terhadap mata yang terus menerus. Sedangkan dari segi psikis akan terjebak pada perilaku berbohong. Seperti kasus anak SD di atas.
Dalam filsafat dikenal sebuah aliran yang dinamakan Hedonisme. Hedonisme berasal dari kata hedon, sebuah kata dari bahasa Yunani yang artinya kesenangan.
Hedonisme adalah sebuah faham filsafat yang meyakini bahwa semua yang menyenangkan itu adalah baik. Dan juga sebaliknya, yang baik itu adalah yang menyenangkan.
Dari Hedonisme inilah sebetulnya pokok pangkal masalah kenapa game  marak dan membuat generasi milenial kecanduan.
Ketika bermain game, untuk awal mungkin mereka belum terlalu menikmati, karena masih dalam proses mengenal dan adaptasi atas game yang mereka mainkan. Tetapi seiring waktu, mereka pun sudah bisa menikmati permainan mereka, yang pada gilirannya hal ini membuat ketagihan. Ketagihan akan hal yang menyenangkan yaitu: bermain game . Dan akhirnya mereka pun menjadi penderita Internet Addiction Disorder. Sebuah gangguan psikis berupa ketergantungan pada aktivitas berselancar di dunia  game  khususnya, dan di dunia maya umumnya.
Di era tahun 90-an sebetulnya sudah ada permainan game menggunakan monitor. Namanya: Mesin Dingdong. Saya juga sering bermain Dingdong. Dengan koin pecahan 100 rupiah, saya bisa bermain Dingdong.
Permainan yang saya sukai adalah Final Fight dan Battle Circuit. Jika "nyawa" nya sudah habis, saya harus memasukkan kembali koin pecahan 100 rupiah itu untuk melanjutkan permainan. Demikian seterusnya sampai koin di saku celana tak tersisa.
Di tempat mesin Dingdong itu bukan hanya orang-orang yang ingin bermain yang nongkrong di situ, tetapi ada juga preman tukang palak. Ya, mereka biasa meminta uang pada para pemain, entah itu digunakan untuk bermain Dingdong juga, atau untuk membeli rokok. Makanya tidak heran kalau di tempat Dingdong sering terjadi keributan.
Game pada waktu itu bukan hanya Dingdong, tetapi ada juga yang bentuknya game konsol yaitu Nintendo dan Sega. Tetapi untuk yang ini tidak semua orang bisa bermain. Nintendo dan Sega biasa dimainkan oleh anak rumahan. Harganya juga lumayan.
Di rumah kebetulan ada Nintendo, jadi saya pun tidak ketinggalan ikut bermain. Permainan Nintendo yang sering saya mainkan adalah Mario Bros. Sebuah permainan yang menjelajahi Kerajaan Jamur dengan "jagoan" yang bernama Mario, seorang lelaki gemuk berkumis berpakaian Overall.
Setelah era Nintendo, game beralih ke Playstation. Dan yang ini pun saya main juga. Untuk Playstation, saya sering memainkan Guitar Hero. Sebuah permainan meng- arrangement lagu. Saya bisa memilih jenis suara gitar kemudian menggabungkannya dengan suara drum, bass, keyboard, dan lain-lain yang sudah ada di permainan itu. Untuk yang satu ini saya menikmati benar. Â Kalau anak saya berbeda, dia sering memainkan GTA di Playstation.
Dan di era sekarang ini saya tidak terlalu mengikuti. Saya hanya mendengar saja  beberapa game  yang banyak dimainkan seperti: Mobile Legend, PUBG MOBILE, Clash of Clans, dan lain-lain tanpa tahu jenis permainannya.
Jadi, apakah game online atau mobile game  berpengaruh negatif  terhadap generasi kini? Jawabannya adalah ya, jika mereka kecanduan tanpa bisa melepaskan diri. Solusinya adalah boleh saja bermain game , tetapi jangan berlebihan. Karena semua dan setiap yang berlebihan adalah tidak baik.Â
Prinsipnya kita harus bisa mengendalikan diri. Karena jika tidak ada kendali diri, bukan kita yang memainkan sebuah game, tetapi game yang memainkan kita.
Salam