Cahaya memantulkan obyek dan mengirim pada garis lurus menuju mata kita. Cahaya melalui kornea, menuju pupil dan diteruskan ke lensa mata. Kornea dan lensa membelokkan (membiaskan) cahaya agar di fokuskan ke retina. Photoreceptors pada retina mengkonversi cahaya menjadi gelombang elektrik. Gelombang elektrik melalui saraf optik menuju otak. Otak memproses sinyal-sinyal itu menjadi sebuah bayangan (image).
Demikian penjelasan guru Biologi kita itu. Tangkapan realitas oleh mata dilanjutkan ke otak. Dan dari otak inilah kemudian diteruskan lagi ke hati berupa sebuah perasaan. Perasaan gembira melihat sesuatu, sedih, marah, benci, dan perasaan-perasaan lainnya. Jadi, perasaan timbul karena pikiran, hasil dari persepsi atas tangkapan indrawi.
Secara fisiologis kita sering mendengar tentang cinta. Konon, cinta itu datangnya dari mata, lalu turun ke hati. Hal ini makin memperkuat penjelasan biologis di atas.
Pikiran merupakan alat untuk kendali diri. Kita harus merawat pikiran supaya terus terjaga. Karena eksistensi manusia pun berasal dari pikiran.
Adalah Descartes yang mengatakan: Cogito Ergo Sum. Ungkapan latin ini berarti: aku berpikir maka aku ada. Kalau aku tidak berpikir maka aku tidak ada. Ini adalah cikal bakal Faham Rasionalisme di dunia filsafat.
Jadi, cara yang tepat untuk kendali diri adalah mengendalikan pikiran. Karena segala sesuatu ditentukan oleh pikiran.
Salam