Komponen kedua adalah Super Ego. Atau dalam Jerman: Das Ubber Ich. Super Ego adalah tata nilai yang dianut oleh masyarakat seperti yang dijelaskan di atas. Tradisi, hukum, dan juga nilai-nilai keagamaan.
Dan yang terakhir, komponen ketiga adalah Ego. Atau dalam Jerman: Das Ich. Ego adalah hasil pergulatan antara Id dan Super Ego. Jika dalam pergulatan itu yang menang Id, maka seseorang dikatakan tidak baik atau jahat. Karena memunggungi tata nilai yang ada dalam masyarakat. Dan jika dalam pergulatan itu yang menang Super Ego, maka seseorang dikatakan baik.
Yang baik adanya pada Super Ego, sedangkan yang menyenangkan adalah pengejawantahan dari Id. Dua hal ini berbeda wilayahnya. Tetapi ketika Id berhasil dikekang oleh Super Ego, maka bisa jadi yang baik itu adalah yang menyenangkan.
Ini terjadi disebabkan oleh perbuatan berulang yang menjadi habit. Yang tadinya dipaksakan oleh sistem nilai yang ada, lama-lama diterima sebagai sebuah keharusan untuk bertindak, kemudian menjadi hal yang menyenangkan.
Dalam filsafat analitik, kita bisa menyebut George Edward Moore untuk menjelaskan hal yang baik dan hal yang menyenangkan ini.
Moore menjelaskan bahwa yang baik dan yang menyenangkan adalah dua hal berbeda. Karena jika sama, maka akan muncul pertanyaan: Apakah yang baik adalah yang baik? Baik yang kedua dalam pertanyaan tersebut untuk mengganti kata menyenangkan. Sehingga ketika diverifikasi, pertanyaan tersebut menjadi tidak bermakna.
Mungkin kita sering mendengar pernyataan: Yang baik belum tentu menyenangkan. Juga pernyataan sebaliknya: Yang menyenangkan belum tentu baik. Dan ini lazim kita temui dalam obrolan sehari-hari di masyarakat.
Berbeda dengan kelompok Hedonis. Mereka mempunyai pendapat bahwa yang baik adalah menyenangkan, dan yang menyenangkan adalah hal yang baik. Etika mereka dilacurkan pada hal-hal yang menyenangkan. Tetapi jika ditelisik lebih jauh lagi, prinsip ini berbanding lurus dengan orang-orang yang berhasil mengekang Id-nya dengan Super Ego.
Hedonis maupun orang yang baik secara etika, adalah sama-sama mempunyai pandangan bahwa semua yang baik adalah menyenangkan, dan semua yang menyenangkan adalah yang baik.
Jadi, apa bedanya para pengejar kesenangan (Kaum Hedonis) dengan orang baik secara etika?
Salam