Oleh: Ade Imam Julipar
13-01-2020
Dimanakah Cinta berada?
Apakah dia ada di bawah jembatan layang Pancoran pada hati seorang Ibu muda yang menyusui anaknya? Â Yang ketika lampu lalu lintas kembali merah, dengan sigapnya menengadahkan tangan kepada para pengendara motor dan sopir.
Ataukah cinta berada di masa lalu yang tertaut pada seorang gadis kecil mungil teman sekolah. Yang ketika melihat atap rumahnya saja, rasa rindu langsung terbayar lunas. Dan ketika ketemu di sekolah cukup dengan berpandang-pandangan sambil tersenyum saja, sudah mewakili puluhan kata-kata yang tidak perlu terucap .
Atau mungkin juga cinta berada pada ruang-ruang ibadah dimana siang malam do'a-do'a meluncur deras dari mulut-mulut para pemuja sang pencipta. Seperti yang disinggung Spinoza dalam Magnum opus-nya: Etika. Cinta manusia terhadap Tuhan-nya. Kebetulan beberapa malam yang lalu saya sempat membacanya.
Beribu-ribu naskah ditulis para cerdik cendekia dan pujangga mengenai cinta, tetapi cinta tetap menjadi sebuah misteri yang eksotis. Tiada satupun yang sanggup menembus makna absolut tentangnya.
Cinta  menjadi sebuah kata menganga yang tetap haus akan pemaknaan.
Bahkan secara etimologi, filsafat --sebagai alat untuk mengurai makna cinta -- juga berasal dari kata cinta. Philos = Cinta.
Beragam bentuk cinta. Ada cinta orang tua terhadap anaknya, cinta seorang lelaki terhadap seorang wanita, cinta umat terhadap penciptanya, dan cinta terhadap sesama. Cinta terhadap sesama maksudnya cinta terhadap sesama manusia ya, bukan cinta terhadap sesama jenis. Hehehe.
Pada suatu sore yang basah di musim penghujan seperti sekarang ini, Plato pernah bertanya pada Socrates, "Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya? "