Oleh: Ade Imam Julipar
23-07-18
Filsafat adalah sesuatu yang tak pernah usai. Dia tidak mengenal kata selesai. Selalu mengorek-ngorek sesuatu sampai akar. Setelah terkuak, dia serahkan pada ilmu. Begitu seterusnya. Mulai lagi dengan menyingkap hal baru, Â menghujam ke jantung masalah, melebar untuk mendapat keseluruhan, dan menduga untuk mendekati sebuah kepastian. Atau seperti yang ditulis dalam Filsafat Ilmu-nya Jujun Sumantri: Ada tiga karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Yang kedua adalah sifat mendasar. Yang ketiga adalah sifat spekulatif.
Dalam buku yang sama, Jujun mengatakan filsafat ibarat sepasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Belakangan saya  baru tahu bahwa ungkapan ini berasal dari  Will Durant. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang menyediakan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan.Â
Kemudian ilmu pun bercabang-cabang seperti pohon rambat. Bercabang dan merambat membentuk dahan dan ranting sampai ke bagian terkecil. Â Jadi tugas ilmuwan yang harus membelah gunung dan merambah hutan. Setelah itu filsafat kembali ke laut lepas untuk bersasumsi dan melakukan penjelajahan lebih jauh lagi. Â Demikian pola ini terus berulang.Â
Kadang beberapa kawan  kita menuntut filsafat sebagai pasukan infanteri. Bisa menjawab beberapa soal yang masih menggantung. Padahal persoalan-persoalan yang menggantung itu jelas-jelas bukan dalam ranah  filsafat. Saya curiga tuntutan ini berangkat dari terlalu asyiknya mereka mengelus-elus janggut Marx. DalamTesis-tesis tentang Feurbach, Marx pernah menulis: " Para filsuf  hanya telah menafsirkan dunia, dengan berbagai cara; akan tetapi soalnya ialah bagaimana mengubahnya."
Marx mencoba membangunkan para filsuf dari tidur panjangnya. Dia mencoba membuat tangga untuk turun dari menara gading para filsuf. Â Ada usaha keras dari Marx untuk menarik filsafat ke tataran praksis. Tentu saja hal ini menimbulkan benturan yang tak terhindarkan.Â
Ada dua wilayah berbeda dengan dua hal yang berbeda pula. Filsafat dan ilmu masing-masing sudah menempati tempatnya masing-masing. Walaupun memiliki kesamaan dalam metodenya, tetapi hasil akhirnya sangatlah berbeda. Filsafat akan selalu dan selamanya menyisakan tanya dalam setiap upayanya, sedangkan ilmu selalu berusaha menyelesaikan tanya.Â
Jangan pernah berharap apa yang dibahas mencapai titik akhir dalam sebuah kajian filsafat. Tema-tema filsafat yang sudah ribuan tahun tetap aktual sampai sekarang. Tema-tema tentang: Alam, manusia, badan, jiwa, Tuhan, dan yang lainnya akan tetap dalam pembahasan filsafat. Dan itu tidak ada akhirnya. Jadi, filsafat adalah sesuatu yang tidak pernah selesai.Â
Salam Dari Benteng Betawi