Oleh: Ade Imam Julipar
21-07-18
Bangsa Indonesia tidak bisa terlepas dari filsafat. Coba kita buka lembaran sejarah bangsa. Para pendiri republik ini membaca buku-buku filsafat. Mereka bergumul dengan filsafat. Kita bisa menyebut tiga tokoh di republik ini. Mereka adalah: Bung Karno, Hatta, dan Tan Malaka.
Bung Karno banyak menulis artikel. Itu tersebar di berbagai media. Dan yang paling gampang kita temukan dalam buku Dibawah Bendera Revolusi Jilid 1. Disana puluhan artikel Bung Karno bisa kita bacai. Banyak filsafat politik kita jumpai dalam artikel-artikelnya. Bacaan filsafat Bung Karno melimpah. Bung Karno membaca: Plato, Aristoteles, dan Marx. Dan itu adalah kajian filsafat.
Pancasila yang digali Bung Karno berasal dari dua filsafat besar yang menjadi mainstream pemikiran waktu itu. Sintesa dari Manifesto Komunis- Marx  dan  Declaration of Independence-nya Thomas Jefferson. Dengan kelihaiannya berfilsafat Bung Karno menarik ke taraf yang lebih tinggi dua aliran filsafat besar itu.
Ini bisa kita telisik dalam salah satu pidato Bung Karno yang berbunyi: "Pancasila adalah lebih memenuhi kebutuhan manusia, lebih menyelamatkan manusia daripada Declaration of Independence-nya Amerika atau Manifesto Komunis. Pancasila adalah suatu pengangkatan ke taraf yang lebih tinggi suatu hogere optrekking daripada Declaration of Independence dan Manifesto Komunis."
Dan ini jelas-jelas pernyataan filosofis. Dengan memakai metode dialektika Bung Karno  sampai pada kesimpulan bahwa filsafat yang paling cocok untuk bangsa Indonesia adalah Pancasila.
Kita beralih ke Hatta. Di beberapa  kesempatan saya sering menulis dan mengatakan bahwa kali pertama saya mempelajari filsafat dari buku yang ditulis Hatta: Alam Pikiran Yunani.
Ya, buku ini merupakan pengantar dasar mempelajari filsafat Yunani. Buku ini menceritakan pemikiran-pemikiran Yunani dari mulai filsafat alam atau filsafat pra-socratic, filsafat yunani klasik --dengan trio terkenalnya: Socrates, Plato, dan aristoteles-- sampai  filsafat Helenisme.
Dengan bahasa yang sederhana, Hatta menjelaskan pokok-pokok pikiran filosofis setiap tokoh dan setiap aliran. Buku ini ditulis dalam Indonesia. Sehingga pembaca di Indonesia bisa mempelajari filsafat. Yang pada gilirannya akan mempertajam daya nalar dan memperkaya wawasan. Para intelektual di Indonesia tidak sedikit yang sudah membaca buku itu. Maka tak diragukan lagi buku itu berkontribusi besar atas cara berpikir bangsa ini. Cara berpikir filosofis.
Dan yang terakhir adalah Tan Malaka. Madilog adalah masterpiece-nya Tan Malaka. Madilog singkatan dari : Materialisme, dialektika, dan logika.