Sesuatu yang besar dimulai dari hal-hal kecil. Tidak ada yang langsung besar. Semua dan segala ada dalam proses. Â Bahkan, konon, Tuhan yang memiliki kekuasaan yang Maha segalanya, tetap saja dalam menciptakan sesuatu dengan proses. Kejadian alam pun tidak serta merta dengan mengucapkan Kun fayakun lantas begitu saja terjadi. Ada enam tahapan yang harus dilalui ketika tuhan menciptakan semesta.
"Dan sungguh, kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan kami tidak merasa letih sedikitpun." (Qs. Qaf: 38).
Ada yang menyatakan enam masa sebagai enam hari. Pendapat lain menyatakan enam periode. Dan yang lainnya lagi sebagai enam tahapan. Terlepas dari silang pendapat yang menyertainya, yang pasti itu semua mempertegas adanya sebuah proses. Proses dari semua dan setiap sesuatu.Â
Semua bermula pada sebuah titik awal. Dari hal kecil. Seiring proses, hal-hal kecil itu berubah menjadi besar. Ibarat sebuah bola salju, semakin lama semakin membesar.
Ada pepatah dari Cina daratan yang mengatakan: Sebuah perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah. Entah siapa yang mengatakan itu; Laozi atau Konfusius. Saya tidak begitu ingat.
Dengan mengerjakan hal-hal kecil, lama kelamaan itu akan menjadi terakumulasi menjadi sesuatu yang besar. Yang penting dikerjakan dengan terus menerus dan tetap fokus. Jangan anggap sepele hal-hal yang, kita anggap, kecil.
Dalam konteks berbeda,E.F.Schumacher pernah menulis sebuah buku berjudul: Kecil itu Indah . Yang dalam Indonesia diterbitkan oleh LP3ES. Buku ini membahas  filsafat ekonomi. Kecil disini lebih pada penunjukan pada rakyat. Rakyat kecil. Rakyat kecil yang tergerus oleh sistem ekonomi kapitalistik.
Secara garis besar Schumacher membahas tentang kearifan yang hilang akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis; Eksplorasi sumber daya alam berlebihan akibat mengutamakan perkembangan teknologi secara cepat; sistem pendidikan yang tak bersinggungan lagi dengan unsur metafisika. Manusia, alam dan teknologi adalah tiga unsur dalam dinamika berfikirnya dituangkan dalam buku ini.
Sejatinya setiap usaha dalam pemenuhan hasrat dan kebutuhan manusia harus selalu berpegang pada rasa keadilan. Jangan sampai ada penghisapan atas sesama. Meskipun hanya berupa riak-riak kecil apa yang kita lakukan, tapi kalau itu lebih pada tindakan untuk menjadikan manusia lebih manusiawi kenapa tidak? Daripada melakukan hal-hal yang besar hanya demi untuk memuaskan nafsu modal semata. Â
Ya, lebih baik kecil tetapi berfihak pada kemashalatan rakyat daripada besar tetapi menciptakan iklim penghisapan manusia atas manusia. Dan, saya yakin sampai detik ini, segala dan semua upaya untuk menjadikan manusia lebih manusiawi bukanlah sebuah kejahatan.
Dan memang; Kecil itu Indah.
Salam Dari Benteng Betawi