Oleh: Ade Imam Julipar
26-10-17
Sepertinya jarang ada pikiran yang senakal Comte. Saya katakan jarang . Bukan berarti tidak ada. Mungkin satu dua ada yang sebangun dengan pemikirannya. Sebut saja Nietzche -- salah satunya. Atau mungkin, nanti , setelah selesai membaca tulisan saya ini, pembaca bisa menyebutkan nama-nama lainnya . Pemikiran Comte ini menarik untuk dibahas.Â
Kenapa? Karena muara pemikirannya bisa mengantar orang ke suatu ide: Yang bisa dibuktikan secara empiris lah yang bisa dipertanggungjawabkan akal sehat. Di luar itu, akal sehat akan menafikannya. Ini konsekuensi logis dari cara berfikir positivisme.
Lahir dari keluarga bangsawan khatolik, membuatnya mampu melangkah ke dunia pendidikan. Isidore Marie Auguste Francois Xavier Comte,nama lengkapnya, lahir di Montpellier, Perancis, 17 Januari 1798. Semula Ia belajar disekolah politeknik di Paris dan menerima pelajaran ilmu pasti. Sesudah menyelesaikan sekolahnya ia mempelajari biologi dan sejarah, dan mencari nafkah dengan memberikan les AutoCAD,Eeh salah, Les matematika. Hehehe.Â
Comte bekerja sama dengan Saint Simon untuk beberapa tahun, tetapi kemudian berselisih faham dan Comte bekerja secara single fighter. Saat itu, perguruan ini terkenal dengan kesetiaannya kepada idealis republikanisme dan filosofi proses. Setelah sekolah itu tutup pada 1816, Comte pindah ke sekolah kedokteran di Montpellier.
Perbedaan antara agama Katolik dengan pemikiran keluarga monarki yang berkuasa saat itu yang tidak bisa diterima akal sehatnya, menjadi penyebab ia meninggalkan Paris. Lalu, Berguru pada Calude Henri de Rouvroy, seorang sosialis yang ide-idenya sangat berperan mempengaruhi pemikiran positivisme, dan Thorstein Veblen pada 1817.
Pengaruh besar gurunya memantik Comte meneliti filosofi positivisme. Salah satu karyanya berjudul Plan de Travaux Scientifiques Necessaires Pour Reorganiser la societe (Rencana studi ilmiah untuk pengaturan kembali masyarakat) pada 1822. Namun, penelitiannya sempat terseok-seok sebab ia tak mendapat posisi akademis. Untung ia mendapat sokongan dana dari beberapa kawan dan juga sponsor, sehingga ia bisa melanjutkan penelitiannya.
Pada 1842 Comte menerbitkan bukunya yang berjudul Le Cours de Philosophie Positivistic. Lalu ia menerbitkan bukunya yang berjudul Systeme de Politique Positive pada 1851. Enam tahun kemudian, Comte wafat. Jasadnya dimakamkan di Cimetiere du Pere Lachaise.
Tiga jenjang pemikiran adalah karya genial dari Comte. Teori ini menyatakan bahwa terdapat tiga jenjang pemikiran yang dilalui manusia. Dari mulai bisa berfikir sampai pada manusia itu berfikir segala dan semua hal, baik tentang dirinya maupun semesta.
Ketiga jenjang pemikiran itu adalah:
1. Jenjang Teologis
Menurut Comte pada tahap ini, manusia berkeyakinan bahwa setiap benda-benda merupakan ungkapan dari supernaturalisme. Tahap ini biasa disebut sebagai tahap kekanak-kanakan dimana manusia tidak mempunyai daya kritis sama sekali.
Supaya lebih jelas, saya akan ambil contoh kasus tentang jenjang Teologis ini. Jika seseorang percaya bahwa hujan adalah akibat salah satu Dewa Prometheus atau Epimetheus sedang menangis. Atau hujan yang turun itu diyakini sebagai kencingnya Dewa Iapetus. Atau juga misal seseorang meyakini suara gledek akibat Dewa Poseidon sedang batuk dan bersin. Nah, jika keyakinan seperti itu ada pada seseorang , berarti dia sedang dalam jenjang Teologis secara pemikiran.