Mohon tunggu...
Ade Hidayat
Ade Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar - Pembaca

Membaca - Mengajar - Menulis

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Semiotika Puisi Sapardi Djoko Damono*

6 September 2022   21:54 Diperbarui: 6 September 2022   21:58 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sapardi Djoko Damono | Sumber: Indonesia Kaya 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Sepintas tentang Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono merupakan salah satu pujangga besar yang dimiliki Indonesia. Lelaki yang lahir di Solo, pada 20 Maret 1940 ini merupakan guru besar Ilmu Bidaya di Universitas Indonesia. Karya-karyanya amat populer di kalangan masyarakat Indonesia, baik muda maupun tua. Beberapa puisinya, seperti Hujan Bulan Juni atau Pada suatu Hari Nanti masih terus dibaca hingga saat ini, dan di berbagai kesempatan. Buku-buku beliau juga terus dicetak ulang oleh berbagai penerbit besar di Indonesia, dan kita dapat dengan mudah mendapatkannya di toko-toko buku besar di berbagai tempat.

Puisi-puisi populer beliau sebagian besar bernuansa romantik, yang dapat dikatakan menjadi representasi dari kondisi batin masyarakat Indonesia yang religius, cinta kasih, dan berbudi pekerti. Hal ini menjadi menarik, mengingat beliau lahir dan tumbuh pada tahun-tahun penuh pergolakan di Indonesia, dari era kemerdekaan dan revolusi, konfrontasi PKI, hingga era reformasi yang penuh gejolak. Beliau seperti mewakili ketenangan dan keintiman masyarakat Indonesia dengan nilai-nilai romantismenya, dan menolak "dikacaukan" oleh hiruk-pikuk dunia.

Sebagai seorang intelektual-pujangga (baca, budayawan), Eyang Sapardi---begitu panggilan akrabnya---cenderung tidak eksentrik, dan hampir tidak pernah memiliki rekam jejak konfrontasi yang mencolok dengan berbagai pihak, sebagaimana umumnya pujangga lain di Indonesia, semisal Rendra, Cak Nun, atau Wiji Tukul. Kepribadiannya inilah yang barangkali menjadi sesuatu yang khas, dan sekaligus menarik untuk direnungkan.

Dari realitas di atas, kita dapat menemukan suatu pemahaman bagaimana Sapardi Djoko Damono memaknai kehidupan, kemasyarakatan, dan keindonesiaan sebagai referensi tak berhingga dari puisi-puisi romatiknya, yang melahirkan karya-karya besar untuk semua kalangan. Sapardi seolah-olah berkata kalau cinta lebih utama dari segalanya. Inilah yang menjadikan karya-karya beliau menarik untuk dikaji.

Dan, dalam hal ini, penulis berusaha untuk mengkaji tiga puisi Sapardi Djoko Damono, antara lain yang berjudul: Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, dan Aku Ingin. Katiga puisi tersebut akan dikaji menggunakan analisis semiotika dari Charles Sanders Pierce.

B. Semiotika Charles Sanders Pierce

Semiotika merupakan proses atau metode yang berusaha menganalisis sistem tanda (Usman, 2017: 23). Di dalam Wikipedia, tanda dikatakan sebagai "sesuatu yang tampak, merujuk pada sesuatu, mampu mewakili relasi antara tanda dengan penerima tanda yang bersifat representatif dan mengarah pada interpretasi" (diakses pada 19 Juli 2022, pukul 9.51 wib.). Dapat kita simpulkan bahwa tanda merupakan wujud/bentuk/realitas, suatu hubungan kausal, dan representasi dari sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun