Mohon tunggu...
Ade Hidayat
Ade Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar - Pembaca

Membaca - Mengajar - Menulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Masjid dan Anak-anak Kita

28 April 2021   17:10 Diperbarui: 28 April 2021   17:25 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
newsmaker.tribunnews.com

Masjid merupakan sarana ibadah yang disucikan oleh umat Islam. Umat Islam menjaga kesucian masjid dan menghormatinya sedemikian rupa. Adab-adab seperti batasan bagi perempuan haid untuk memasuki masjid, bersuci dan berdoa sebelum memasuki masjid, serta mendirikan shalat sunnah sesaat setelah berada di dalamnya, terus diamalkan oleh umat Islam hingga saat ini.

Dikutip dari buku Panduan Memakmurkan Masjid, pada perkembangan awalnya, fungsi masjid tidak terbatas pada hal-hal peribadatan yang berdimensi habluminallah saja. Masjid, pada masa Rasulullah Saw. juga berfungsi sebagai tempat bermusyawarah; tempat perlindungan; sebagai rumah sakit; basis militer; lembaga pendidikan; serta kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya (Yani, 2018). Dapat dikatakan, pada masa Rasulullah masjid merupakan jantung kegiatan umat Islam, baik yang bersifat peribadatan, maupun sosial kemasyarakatan.

Kenyataan masjid sebagai pusat aktivitas sosial umat Islam, mendorong seluruh lapisan masyarakat--baik muda maupun tua--terlibat di dalamnya. Tak terkecuali anak-anak kecil. Anggota masyarakat yang satu ini memang kerap terlibat dan menjadi pemanis dalam hubungan sosial antar masyarakat.

Namun dalam konteks masjid, keberadaan anak -anak kecil kerap menimbulkan perbedaan pendapat. Sebagian kalangan "membatasi" (kalau bukan melarang) anak-anak kecil beraktivitas di dalam masjid, sementara sebagian yang lain memberikan anak-anak ruang yang cukup luas.

Kalangan yang pertama membatasi dengan beberapa alasan. Pertama, anak-anak yang belum aqil baligh, belum diwajibkan untuk shalat. Selain itu, mereka juga dinilai belum bisa menjaga kesucian diri dari najis. Sehingga ada kekhawatiran anak-anak tersebut membawa najis ke dalam masjid, yang pada akhirnya dapat mengotori masjid dengan najis tersebut.

Kedua, anak-anak yang belum aqil baligh berpotensi mengganggu jamaah sehingga dapat mengurangi kekhusyukan shalat para jamaah. Hal tersebut tentu dapat mengganggu jalannya ibadah dan harapan jamaah, dimana para jamaah menginginkan nikmatnya khusyuk dalam beribadah.

Sementara itu, kalangan yang memberikan ruang yang cukup luas pada anak-anak kecil di dalam masjid pun memiliki beberapa alasan. 

Pertama, sebagai bentuk syiar kepada anak-anak. Kalangan ini berpendapat bahwa anak-anak harus didekatkan dengan masjid sejak dini, agar hati mereka senantiasa terpaut pada masjid hingga dewasa. Membatasi, melarang, apalagi memarahi anak-anak, bisa menyebabkan mereka jauh dari masjid.

Kedua, sebagai bentuk pendidikan. Membiarkan anak-anak berada di antara jamaah shalat, menurut kalangan ini, merupakan upaya mendidik anak-anak mengenai bagaimana melaksanakan shalat berjamaah dengan baik. Perihal apakah anak-anak khusyuk atau justru membuat gaduh, itu merupakan keniscayaan dalam prosesnya.

Kedua pendapat yang berbeda di atas memiliki argumentasi masing-masing yang bisa jadi benar jika direnungkan secara seksama. Keduanya pun dapat saling melengkapi: syiar masjid dapat tersampaikan kepada anak-anak, dengan kesucian masjid serta kekhusyukan para jamaah tetap terjaga.

Namun untuk dapat saling melengkapi, ada satu hal yang--menurut hemat penulis--merupakan masalah utama yang harus diselesaikan, yakni perihal keterlibatan orang tua!

Sejauh pengamatan penulis, anak-anak yang kerap membuat suasana masjid menjadi gaduh merupakan anak-anak yang datang sendiri tanpa didampingi orang tua.

Peran Orang Tua dalam Mendekatkan Anak-Anak kepada Masjid

Terdapat beberapa hadits Nabi Muhammad Saw. yang menerangkan peran orang tua terhadap tumbuh kembang anak. Orang tua merupakan madrasah pertama bagi anak. Orang tua juga yang merawat fitrah anak, atau justru sebaliknya.

Dan yang juga amat penting, al-Qur'an menegaskan bahwa tugas memelihara keluarga dari api neraka merupakan tanggung jawab orang tua, khususnya pemimpin keluarga (Q.S. 66: 6). Maka dalam hal mendekatkan anak kepada masjid, tidak dimungkiri lagi merupakan tugas orang tua.

Mendekatkan anak-anak kepada masjid juga bukan berarti hanya membawa mereka ke masjid untuk membiasakan beribadah di dalamnya, namun abai pada adab-adab menjaga kesucian dan kekhusyukan masjid.

Orang tua--sebelum membiasakan anaknya beribadah di masjid--perlu mendidik mereka tentang cara bersuci. Bila perlu, orang tua ikut memastikan bahwa anaknya sudah bersih dari najis sebelum memasuki masjid.

Beberapa pendapat bahkan menjelaskan bahwa sebaiknya orang tua mengkhitan anaknya terlebih dulu sebelum membawanya ke masjid, sebab anak yang telah dikhitan lebih sempurna dalam hal membersihkan diri dari najis dibanding yang belum dikhitan.

Selain itu, amat baik juga jika orang tua mengetahui pada usia berapa anak-anak sudah bisa diajak ke masjid, dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga kesucian masjid dan kekhusyukan jamaah.

Anak-anak yang masih balita sebaiknya jangan dulu dibawa ke masjid, sebab secara psikologis balita belum dapat diarahkan untuk bekerja sama menjaga kekhusyukan jamaah. Dalam hal ini orang tualah yang paling mengerti kapan waktunya anak diajak ke masjid. Sebab perkembangan psikologis setiap anak berbeda-beda.

Itulah peran orang tua dalam mendekatkan anak kepada masjid. Orang tua harus terlibat penuh dalam hal ini. Mereka harus mengajarkan anak-anaknya adab-adab terhadap masjid, serta mendampingi dengan penuh perhatian aktivitas anaknya di dalam masjid.

Dan yang paling penting, sebelum mengharapkan generasi penerus mencintai masjid, orang tualah subyek pertama yang terlebih dulu mesti menanamkan dalam dirinya kecintaan pada masjid.

Jangan sampai semangat anak-anak kita terhadap aktivitas di masjid tidak mendapatkan pendampingan dan teladan dari orang tuanya.

Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun